Tak terhitung banyaknya malam yang telah kuhabiskan untuk membencimu,
Rasanya seperti neraka bagiku
Kumohon, tetaplah disampingku,
tetaplah bersamaku.
.
.— V & J-Hope-Hug Me —
👻👻👻
Laki laki itu beralih menghadap sang gadis. Ia tak tau harus bagaimana lagi. Sang gadis menatap sosok dihadapannya dan mengerti apa yang tengah dipikirkan olehnya.
"Gue nggak papa. Kalau lo takdir gue dan gue takdir elo, gue yakin Tuhan bakal satuin kita suatu hari nanti. Ini bakal jadi kisah cinta yang luar biasa bukan?" Setelah mengatakan itu, sang gadis tertawa hambar.
"Jaga diri lo ya? Gue bakal berusaha buat ingat semuanya nanti." Kata laki laki itu. Sang gadis pun mengangguk,
"Kita akan berjuang bareng."
Laki laki mengangkat tangannya dan dielusnya pipi gadis itu. Laki laki itu bisa menyentuh sang gadis namun dominan tangannya tembus ketubuh sang gadis.
"Gue tau ini egois, tapi...Bisakah lo jaga hati lo selama 4 tahun buat gue?" Tanya laki laki itu. Gadis itu tersenyum mendengarnya.
"Dengan adanya perpisahan kita jadi tau sebuah arti perjuangan yang sesungguhnya. Jadi mulai dari sini, gue akan lebih berusaha lagi semaksimal mungkin." Jawabnya. Laki laki itu tersenyum, kemudian ia mendekat dan mencium dahi sang gadis beberapa detik membuat air mata sang gadis kembali menetes.
"Terima kasih." Ucapnya. Sang gadis pun tersenyum.
"See you again."
Jeon sontak terbangun dari tidurnya dengan posisi terduduk di atas ranjangnya. Napasnya terengah engah, keringat pun juga membanjiri pelipisnya. Jeon menunduk sembari meremas rambutnya.
"Kenapa gue mimpi ini terus, sih?" gumam Jeon. "Dan kenapa... Kenapa mimpi ini juga terasa begitu nyata?" Jeon mengacak acak rambutnya frustrasi. Ia melirik jam weker digitalnya, pukul 2.15am. Jeon pun menuangkan air ke dalam gelas lalu menegaknya hingga habis tak tersisa.
Saat meletakkan gelas di atas lemari laci, Jeon teringat sesuatu. Ia pun membuka laci pertama dan mengambil sebuah kotak berukuran sedang lalu kemudian kembali menutup lacinya. Dengan perlahan, Jeon membuka kotak berwarna putih tulang itu dan nampaklah sebuah kalung dengan bandul dream catcher di dalamnya. Jeon mengangkat kalung itu dan menatapnya lekat.
"Gue pengen hidup dan memperbaiki semuanya. Dan doain aja ya gue inget sama lo."
"Gue nggak mau inget elo!"
"Tapi gue pengen gimana? Biar gue bisa bilang makasih sama lo secara sadar."
"Yaudah iya terserah lo aja."
"Arkh!" rintih Jeon saat tiba tiba ada bayangan masuk ke otaknya seperti tanpa permisi.
"Satu hal yang perlu lo tau. Gue sayang sama lo."
..."Gue tunggu sampai lo inget. Tapi tolong, jangan lama lama..."
"Argh!" Jeon menoleh kearah pintu balkon. Ia pun bangkit dan memutuskan untuk berdiri di balkon. Angin dini hari ini membuat dirinya agak lebih tenang. Jeon kembali menatap kalung yang berada di tangannya itu.
"Apa ada hal di masa lalu yang amat berharga tapi gue nggak inget?"
👻 👻 👻
Tepuk tangan menghiasi ruangan meeting hari ini sesaat setelah Jeon mengakhiri presentasinya. Setelah berjabat tangan dengan klien, ia pun keluar diikuti Gaza di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...