🕒Chapter 20 : Munafik🕒

969 83 12
                                    

Bukan sekedar teman bercerita yang ku butuhkan.
Tapi sebuah 'sandaran'.

👻 👻 👻

Happy reading 📖🌹

"Ini uangnya, pak. Makasih banyak, ya?" ucap Jeon saat turun dari taksi. Setelah membayar Jeon langsung berlari masuk ke rumah.

Oke. Ini dia masalah terbesarnya. Baju Nara basah kuyup, mau duduk di mana? Sofa? Nggak mungkin.

Ya masa ganti baju? Sebuah langkah untuk mati dua kali. Eh, emang Jeon udah mati?

Di tengah pikir kerasnya, Jeon mendapat secercah cahaya Ilahi, nggak deng ide maksudnya. Jeon melepas heels Nara dan beranjak mencari handuk. Ada satu di kamar mandi, ia pun meraihnya dan mencoba mengeringkan tubuh dan rambut Nara. Setelahnya ia menyampirkan handuk itu ke tubuh Nara.

Jeon melirik kaki Nara yang penuh luka, ia memang tak merasakan sakitnya tapi ia tetap harus segera mengobatinya. Dia mengambil kotak P3K yang digantung di dinding ruang keluarga.

Jeon menempelkan kapas dengan obat merah di telapak dan lutut Nara yang lecet. Setelah diobati, Jeon membalut kaki dengan perban dan menutup lecet di lututnya dengan plester besar. Kemudian ia berjalan ke kamar mengambil selimut dan dipakaikan di atas handuk yang sudah berada di atas punggung Nara.

"Terus apa lagi, ya?" gumam Jeon. Tapi ia merasa ini sudah cukup. Ia pun duduk di kursi kayu meja makan. Ia membuat posisi Nara dengan kepala ditopang di atas lengan yang dilipat di atas meja makan.

Slap

Akhirnya Jeon pun keluar dari tubuh Nara. Saat baru keluar, Jeon sempat terjatuh karena energinya terkuras habis. Itu lah yang terjadi kalau dirinya merasuki orang.

Jeon berdiri dengan perlahan dan duduk di kursi kayu dekat Nara. Ia menatap wajah Nara yang masih belum sadarkan diri. Butuh waktu untuk orang yang dirasuki mengumpulkan nyawa untuk sadar. Nggak cuma orang bangun tidur.

Jeon mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Nara lembut.
"Jangan lakuin itu lagi, ya?" gumamnya.

👻 👻 👻

Nara membuka matanya perlahan. Ia pun menegakkan tubuhnya dan menyipitkan matanya karena silau.

Nara menatap sekitar dengan bingung, sampai ia sadar ia sudah di rumah. Nara terkejut sambil menatap sekeliling.

"Gue... Di rumah?" gumam Nara. "Tapi siapa yang..." ucapan Nara terhenti saat ia merasakan punggungnya agak berat. Ia menyentuh handuk dan selimut yang dipakaikan pada dirinya.

Ia juga milirik ke kakinya,

"Perban?" Ia terkejut karena kedua kakinya sudah dibalut tipis dengan perban.

Siapa yang ngelakuin ini? Nggak mungkin Bang Leo, dia belom pulang. Trus siapa?  Batin Nara.

"Ra, ayo pulang."

Tiba tiba Nara teringat kata kata itu.

Jeon? Masa... Jeon yang bawa gue ke rumah? Gimana... Caranya?

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang