🕚Chapter 77 : Dari Mata Leo #2🕚

642 58 4
                                    

Senyum, menenangkan.
Senyum, mencurigakan.
Senyum, menyakitkan.
Senyum, meremehkan.
Senyum, menyembunyikan.

Senyum, satu gerakan berbagai makna.

👻👻👻

"Buat saja diri anda agar lebih pantas menjadi seorang ayah." sarkas Leo dingin. "Bi Ijah, tolong ikut Leo, bi." pinta Leo.

Bi Ijah pun dengan segera mengikuti Leo untuk masuk lebih dalam di rumahnya.

"Bi, bibi bawa baju baju bibi sekarang. Nggak usah banyak banyak, dua atau tiga aja. Yang penting buat perbekalan aja. Biar Leo yang urus Nara. Nanti kalo Bi Ijah udah selese, langsung pesen taksi." titah Leo. Bi Ijah pun mengerti lalu segera menuju kamarnya dan membereskan barang barangnya.

Leo pun membawa Nara ke kamarnya dan mendudukannya di atas ranjang.

"Aya udah mandi belum?" tanya Leo.

"Udah, dong!"

"Yaudah, kita ganti baju Aya, ya..." kata Leo. Ia pun beralih menuju lemari Nara dan mengambil pakaian Nara.

Dengan cermat, ia melepas pakaian adiknya. Hati Leo mencelos saat melihat begitu banyak luka goresan dan lebam di sekujur tubuh adiknya itu. Rasanya benar benar....

Tes

Leo segera menghapus air matanya dan mengambil kotak P3K yang ada di meja kamar Nara.

"Abang obatin dulu ya lukanya..."

"Iya, biar nggak jadi jombi!" jawab Nara. Leo tersenyum dan mulai mengobati luka Nara yang masih nampak segar. Untuk lebam lebam, ia rasa itu bisa diurus nanti saja. Ia harus cepat membawa Nara keluar dari neraka ini.

Setelah mengobati Nara, Leo pun langsung memakaikan pakaian Nara. Leo mengambil ransel Nara untuk memasukkan beberapa pakaian saja.

"Kok abang bawa baju Aya?"

"Kan kita liburannya lama, dek. Jadi bawa baju." alibi Leo.

"Lama?? Kita mau ke mana? Pantai? Ayah ikut?" tanya Nara yang membuat pergerakan tangan Leo terhenti.

"Ayah sibuk. Dia mau kerja, kita jangan ganggu ayah." jawab Leo dengan menahan geram.

Bagaimana bisa adiknya masih sempat memikirkan ayahnya yang jahat itu.

"Tapi...."

"Aya perginya sama abang sama Bi Ijah aja, ya?" bujuk Leo.

"Yaudah, deh..." jawab Nara akhirnya.

Setelah semuanya beres, Leo segera menggendong Nara dengan posisi yang sama seperti tadi. Dan saat ia berbalik, langkanya terhenti karena kini Samuel tengah berdiri di ambang pintu.

"Son, kamu mau ke mana? Kamu kan baru pulang. Kamu nggak kangen sama ayah, hm?" tanya Samuel sembari berjalan mendekati Leo yang tengah menggendong Nara itu.

"Berhenti," cegah Leo membuat Samuel menghentikan langkahnya.

Leo menatap tajam ayahnya dengan tatapan benci dan kecewa menjadi satu.

"Jangan mendekat dan menyingkirlah, saya mau pergi." kata Leo datar.

"Kamu mau pergi ke mana lagi??"

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang