🕠Chapter 55 : Dibalik Berdirinya Perisai🕠

867 76 6
                                    

Aku merasa sedikit tak berdaya saat ini.
Tapi aku merasa masih bisa menyelamatkan seseorang.
Aku mendengar suaramu.
Dalam kebisingan, waktu terhenti.
Kita terhubung melalui suara.

BTS - Light

[Indo-lirik oleh Ryarmy]

👻 👻 👻

-FIVE DAYS LATER-

Nara membuka matanya perlahan. Namun dalam sekejap, matanya menyipit karena cahaya yang menyilaukan matanya.

"Nara?" panggil seseorang membuat dirinya melirikkan matanya kesumber suara. Itu Leo. Di sebelahnya juga ada keempat sahabatnya yang tengah menatap Nara dengan ekspresi lega plus khawatir.

"Ra? Lo nggak papa? Ada yang sakit? Perlu gue panggil dokter? Sakit? Dimana? Perut? Kepala? Kaki??" tanya Faya bertubi tubi membuat Caca memukul lengan Faya. "Aws! Sakit ey!"

"Brisik banget. Nara puyeng ntar!" tegurnya. Sedangkan yang ditegur hanya memanyunkan bibirnya, cemberut.

"Lo nggak papa, Ra? Ada yang sakit?" tanya Leo. Nara hanya menjawabnya dengan memejamkan matanya sejenak lalu membukanya lagi, sebagai tanda seakan akan ia mengangguk mengiyakan bahwa ia tak apa apa. Karena tubuhnya agak kaku untuk digerakkan sekarang. Namun walaupun mengerti, Leo tetap memutuskan untuk memanggil dokter.

"Pasien baik baik saja. Biarkan dia istirahat sampai benar benar pulih. Jangan banyak gerak dulu dan jangan diajak mengobrol terlalu banyak." Pesan sang dokter setelah memeriksa kondisi Nara.

"Baik, dok."

Setelah dokter keluar, keempat sahabatnya langsung mendekati Nara.
"Hhh... Ra. Sumpah, lo bikin gue khawatir banget." Kata Anna. "Pas gue dikabarin Bang Leo kalo lo masuk ICU rasanya... Uhhh."
Sedangkan Caca mengangguk mendengar penuturan Anna.

"Kok bisa jadi gini si, Ra?" tanya Faya. Sedangkan Nara hanya tersenyum tipis melihat kekhawatiran mereka.

"Sakit nggak ketembak, Ra?" tanya Hana ngawur membuat teman temannya melirik sebal.

"Gausah didengerin orang ogeb mah." Kata Faya pelan pada Nara.

"Sialan lo, Fay!"

"Bwek!" balas Faya dengan leletan lidahnya.

"Heh kalian. Ini rumah sakit, jangan berisik!" tegur Leo membuat keempatnya senyap seketika.

"Maap, bang." Cicit Anna dengan menaikkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. Leo hanya menggeleng, ia pun berjalan mendekati Nara.

"Lo istirahat aja, Ra. Gue di sini kok." Kata Leo. "Dan kalian, kalian dari pagi di sini belom makan siang kan? Ke kantin gih." tanya Leo, pasalnya sekarang sudah jam setengah empat sore.

"Iya sih, gue laper nih. Nggak ada yang laper apa?" tanya Faya spontan sambil memegang perutnya.

"Aws! Hobi banget lo nabok gue." Protes Faya saat Caca kembali memukul lengan Faya. Melihat itu Leo terkekeh pelan. Ia merasa, kelakuan Faya yang apa adanya itu lucu. Tidak ada kata jaim alias jaga image.

"Gada jaim jaimnya banget lu, Fay. Ada Bang Leo, Bang Leo cowok tau Fay." Bisik Anna.

"Lah, sapa juga yang bilang Bang Leo cewek. Gue juga tau dia cowok. Lu... Mmmmm." Anna dengan cepat membungkam mulut Faya yang bocor itu.

"Hahaha, udah sana kalo laper. Ntar gantian sama gue." Kata Leo.

"Mau gue temenin, Bang?" tanya Faya. "Biar nanti di kantin ada temennya. Ea asyik tuh." goda Faya yang diakhiri kekehan dia sendiri. Sedangkan Leo tersenyum geli mendengarnya.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang