🕒Chapter 10 : Di Ruang CEO🕒

1.3K 153 4
                                    

Tidak peduli siapapun itu, jika ia berani mendekatkanku pada hal-hal yang kubenci. Maka aku tak segan segan untuk membencinya pula.
.
~Naraya Athava~

👻 👻 👻

Happy reading ❤️

“Lo yang bego. Udah tau ada CCTV, malah nyuruh gue nyolong berkas. Lo mau bikin gue masuk penjara? Mending gue pulang kalo gini ceritanya mah.” balas Nara lebih ketus.

“Heh curut, CCTV udah pasti ada. Tapi udah gue matiin semua koneksinya.” kata Jeon.

“Hah? Gimana caranya??” tanya Nara tidak mengerti.

“Dengan cara yang sama.” jawab Jeon dengan senyum smirk-nya yang semakin membuat Nara merasa merinding.

“Udah, deh! Sekarang lo nggak perlu ngomong pake telepati. Kayak biasa saja. Keliatan banget nggak pernah main telepatian lanjut Jeon yang mengejek membuat Nara mencibir.

"Gue ketemu setan songong model kek elu aja baru kali ini." gumamnya.

“Heh, tapi mungkin aja Sinta bisa denger gue ngomong kan? Ntar dia malah lapor ke yang lain. Bisa abis gua.” kata Nara masih dengan telepatinya.

“Sori aja nih ya, ruangan gue kedap suara. Kampungan.” kesal Jeon.

“Iiihhh! Kurang ajar lo. Kalo nggak ada gue, lo mau minta tolong sama siapa lagi ha?! Nggak ada baik-baiknya ya lo sama gue.” sembur Nara dengan nada menantang.
"Plis bantuin gue..." lanjut Nara dengan nada yang dibuat-buat menirukan tuturan Jeon saat dirinya memohon bantuan pada Nara.

"Shit."

“Oh, jadi ceritanya lo nggak ikhlas bantuin gue?” tanya Jeon dengan nada tak sukanya.

“Bukan nggak ikhlas cuma nggak ridho aja.” jawab Nara tak acuh. Jeon tidak habis pikir dengan gadis yang ada di depannya kini.

“Lo ini pernah belajar keagamaan nggak sih? Kalau lo nggak ikhlas menolong, lo juga yang dosa.”

“Heh, dengerin gue ya Bapak Abdul Jeon yang terhormat. Seumurg-umur nih gue belajar agama, nggak ada tuh dalil yang ngejelasin kalo nggak ikhlas nolong setan bakal dosa.” balas Nara sambil menekankan nama gurunya, Pak Abdul.

Sedangkan Jeon hanya memandang Nara dengan mulut menganga dan menyipitkan matanya. Lalu mengatakan ‘What? Abdul?’ tanpa suara.

“Terserah lo aja. Capek gue ribut sama lo.” jawab Jeon pasrah.

“Ya emang terserah gue.” jawab Nara dengan gumaman sambil mengedikkan baunya tak acuh. Nara pun bergerak maju untuk lebih memasuki ruangan Jeon.

"Jadi, di mana berkas lo?"

“Semua berkas-berkas penting biasanya ada di berangkas gue. Tapi untuk yang ini gue letakan khusus dan nggak ada orang yang tau bahkan sekretaris gue.” jelas Jeon.

“Oh iya btw, lo payah ya soal milih sekretaris. Sekretaris model begitu lo pilih. Untung gue yang nyolong. Kalo orang lain yang nyolong nih ya, tuh!" tunjuk Nara pada meja kebesaran milik Jeon. "Meja lo gak bakal ada tulisan, Chief Executive Officer, Jeonne Frissia.” lanjut Nara dengan nada yang dibuat-buat.

“Bukan gue yang pilih dia.” sanggah Jeon.

“Bodo amat, deh. Jadi berkas itu di mana?” tanya Nara tidak sabar.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang