🕒Chapter 09 : Telepati🕒

1.1K 167 3
                                    

Memberikan ketenangan memang terlihat mudah. Namun kita tidak tahu, apakah ketenangan yang kita berikan itu berpengaruh pada penerimanya.
.
~Jeonne Frissia~

👻 👻 👻

Happy reading ❤️
Typo bilang ya...

"Lo siap?" tanya Jeon memastikan.

Nara kembali menoleh ke arah gedung yang kini ada di sampingnya. Nara menegak salivanya dengan susah payah. Sungguh ia tak pernah merasa segugup ini. Padahal Jeon bilang, ia sudah menyiapkanya dengan masak- masak. Tapi tetap saja.

"Gue bener-bener nggak yakin..." gumam Nara.

Puk...

Tiba tiba Nara merasakan sesuatu mendarat di puncak kepalanya. Ia pun menengadah dan mendapati tangan yang pucat berada di atas kepalanya.

Itu tangan Jeon. Nara terkejut melihat Jeon yang tiba-tiba bisa menyentuh kepala Nara.

"E... Elo... Kok?"

"Lo nggak perlu gugup apalagi takut. Karena gue bakal selalu di samping lo." ucap Jeon lalu tersenyum sembari menggerakkan ibu jarinya, mengelus kepala Nara.

Senyuman yang seakan-akan menghipnotis Nara dalam sekejap. Setelah mengatakan itu, Jeon kembali mengelus puncak kepala Nara dengan lembut kemudian menghilang begitu saja.

"Dasar! Untung gue orangnya gak baperan. Kalo gue baperan kayak cewek-cewek alay itu, gimana coba? Main pergi aja lagi." gumam Nara kesal. "Benar-benar nggak baik untuk jantung."

"Eh, tapi gimana caranya dia bisa nyentuh gue? Secara dia kan... Ah udah deh, ntar aja. Ntar dia malah ngegas lagi kalo gue lama." lanjut Nara.

Setelah memantapkan hati dan berdoa berkali kali, ia pun masuk ke gedung itu.

Di sana Nara dapat melihat ada resepsionis yang tampak sedang mencatat sesuatu. Nara pun berjalan mendekatinya.

"Permisi..." sapa Nara. Resepsionis wanita itu pun mendongak dan tersenyum ramah.

"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Aku... Mmm..." Oke. Kini Nara bingung harus berkata apa. Masa iya langsung bilang, "gue mau ambil berkas Jeon. Gue disuruh sama arwahnya!" bisa disangka orang gila!

"Mmm..."

"Nona? Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu lagi. Jantung Nara kini berdegup kencang. Ia bingung harus bilang apa.

"Hei, ini gue. Gue udah nunggu lo di ruangan gue. Cepetan, sebelum semua karyawan di sini curiga." kata seseorang tiba tiba.

Tunggu, apa ini? Telinga Nara rasanya berdengung, ia menoleh ke sana ke mari mencari arah suara Jeon. Namun Jeon itu sendiri tak nampak di sana. Apakah ini yang disebut dengan telepati? Suara ini seperti dari otaknya.

"Wih, ini telepati?" tanya Nara tak percaya. "Eh, setan! Gue harus ngomong apa biar bisa masuk ke sana? Gue bingung banget... Please bantuin." balas Nara kesal dengan telepatinya.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang