🕢Chapter 57 : Perpisahan🕢

843 67 2
                                    

Seperti wine, semakin lama kau menyimpannya maka akan semakin enak rasanya.
Tapi kisah ini bukanlah wine dan aku bukan peminumnya.
Ini semua seperti susu, yang semakin lama hanya akan semakin basi.

Jadi, aku tak bisa lagi menyimpannya.

👻 👻 👻

"Thanks udah dateng," ucap Nara dengan senyum tipisnya.
"Yeevendra." Yeevendra tersenyum tipis kemudian menarik kursi yang ada di hadapan Nara untuk didudukinya.

"Lo mau pesen dulu?" tawar Nara.

"Ah, nggak perlu. Abis ini gue langsung ke kampus, jadi langsung aja." tolak Yeevendra.

"Oke."

"So, lo mau ngomong apa?" tanya Yeevendra.

"Ah itu. Gue... mau minta tolong sama lo." Kata Nara yang membuat dahi Yeevendra mengernyit.

"Minta tolong?" Nara pun merogoh tas selempangnya dan mengambil sebuah amplop berisikan kertas yang tadi ia isi dengan tulisan tangannya, lalu menyodorkannya pada Yeevendra.

"Gue titip ini." Katanya.

"Ini apa?" tanya Yeevendra tanpa menyentuh amplop itu.

"Ini buat Jeon." jawab Nara yang membuat dahi Yeevendra semakin mengerut.

"Kak Jeon?"

"Iya, ini buat Jeon. Gue titip surat ini ke elo buat lo kasih ke dia. Tapi tolong, tolong kasih ini kalo dia udah mulai mencari keberadaan gue. Mencari dalam artian benar benar mencari." kata Nara sembari menatap Yeevendra lekat.
"Gue tau, Jeon sama sekali nggak inget sama gue. Jadi gue mohon, kalo dia udah inget dan mencari keberadaan gue, tolong lo kasih ini ke dia ya?" jelas Nara sembari mendorong amplop itu kearah Yeevendra. Dengan ragu, Yeevendra pun menerima amplop putih itu.

"Gue tau, lo bingung dengan apa yang gue omongin tadi. Tapi gue cuma minta tolong sama lo kali ini mungkin untuk yang terakhir kalinya. Kalo sampai suatu hari nanti, Jeon belum inget dan nyari gue, gue bakal ambil lagi surat itu dikemudian hari. Jadi, tolong dijaga ya?" pinta Nara.

"Yah... Gue emang bingung. Gue juga nggak tau apa yang sebenernya terjadi diantara kalian berdua. Dan gue sebenernya masih agak penasaran sama bagaimana dan siapa lo sebenernya." kata Yeevendra sembari menyandarkan punggungnya bersamaan dengan ia mengedikkan bahunya.

"Tapi gue rasa jawaban terkait pertanyaan gue lumayan privasi buat lo, jadi gue nggak akan menguak semuanya kalo lo nggak berkenan ngasih tau. Yah, oke lah gue bantu lo. Gue bakal jaga surat ini. Tapi... Emang lo mau kemana? Kenapa harus lewat gue buat ngasih apa yang ada di dalam amplop ini?" tanya Yeevendra.

"Gue mau pindah ke luar negeri." Jawab Nara dengan senyum tipisnya. Alis Yeevendra sontak terangkat setelah mendengar itu.

"Luar negeri?? Kenapa?"

"Gak ada apa apa. Cuman... gue harus kesana." Jawab Nara seadanya. Yeevendra menatap Nara dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Apa..." kalimat Yee terpotong saat tiba-tiba ponselnya berdering. Ia pun meminta izin sebentar untuk menerima panggilan tersebut dan menjauh dari meja tempat mereka mengobrol.

"Gue harus ke kampus sekarang. Gue duluan, ya?" pamit Yeevendra setelah selesai dengan telponnya.

"Iya. Sekali lagi, thanks ya." Ucap Nara dan Yeevendra menjawabnya dengan anggukan singkat. Setelah Yeevendra pergi, Nara memilih untuk tetap di sana. Sekarang sudah pukul 9.30am, tanggung kalau harus keluar dari cafe. Toh, pertemuannya dengan teman temannya juga di cafe yang sama.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang