🕠Chapter 56 : Keputusan🕠

830 68 12
                                    

Seperti hidupmu, hidupku juga berjalan.
Seperti dirimu yang terus melangkah, aku pun tak bisa selamanya stuck dititik ini.
Seperti dirimu yang melanjutkan jalan lamamu, apakah aku juga harus melanjutkan jalan lamaku?

👻👻👻

- A MONTH LATER -

Cklek

Cklek

Leo membukakan pintu rumahnya, kemudian ia mendorong kursi roda dengan Nara yang duduk diatasnya. Sudah lewat satu minggu lebih setelah masa pemulihan Nara di rumah sakit. Kini Nara sudah diizinkan pulang oleh dokter.

Karena kakinya yang masih sangat rentan dan kaku, Nara dianjurkan untuk memakai kursi roda oleh dokternya. Dan memang pada dasarnya Nara juga tidak boleh terlalu banyak bergerak. Ia belum boleh bergerak sebanyak ketika ia sehat seperti sebelumnya, ia hanya boleh bergerak secara perlahan dan bertahap.

"Wahhh... Akhirnya bisa pulang ke rumah. Bosen banget sama rumah sakit." kata Nara sambil merentangkan tangannya. Leo hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah Nara.

Leo mendorong kursi roda Nara sampai ke ruang keluarga.
"Nih kalo mau nonton tv, gue mau bersin baju baju dulu." kata Leo sembari memberikan remote TV pada Nara yang tengah melepas jaketnya.

Leo pun berlanjut memasukkan semua baju kotor dari tas besarnya ke mesin cuci lalu membiarkan mesin cuci yang mengurus cuciannya itu.

Saat tengah memandang pakaian yang mulai berputar di dalam mesin cuci, Leo teringat sesuatu. Ia pun berjalan menuju ruang keluarga, di sana ada Nara yang sedang menonton tv sembari memakan camilan yang tersedia di toples.

"Ra." panggilnya. Ia pun duduk di sofa yang memudahkannya menatap Nara.

"Kenapa?" tanya Nara tanpa melihat Leo.

"Gue mau ngomong."

"Ngomong aja. Kayak nggak biasanya." kata Nara sambil memakan camilannya lagi. Leo menghela napasnya resah. Ia meremas jari jemarinya sembari berpikir dari mana ia harus memulai topik ini.

"Kemaren pas opa telepon, dia ngomong sama gue," jeda Leo. "Dia... pengin kita pindah ke Jepang." lanjutnya yang sontak membuat Nara tersedak.

"Uhuk... Uhukk..." Nara memukul mukul dadanya dan melambai kearah Leo tanda ia butuh minum.

"Mi... Num... Erkh." Leo pun segera bangkit dan mengambil segelas air minum dari meja makan.

"Nih, minum." sodor Leo. Tanpa ba bi bu lagi, Nara langsung menegak habis air yang ada digelas itu dan meletakkannya di atas meja.

"Jepang?" tanyanya sembari menatap Leo dan Leo hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Lo tau kan, bunda anak tunggal di keluarganya. Opa sama oma pengen kita ke Jepang, itung itung juga nemenin masa tua mereka." jeda Leo. "Lo kan juga udah wisuda, gimana kalo lo kerja di perusahaan opa aja? Lo mau ya?" bujuk Leo. Sedangkan Nara masih setia untuk diam tanpa menatap Leo. Ia meremas jari jemarinya tanda bingung. Ia bingung harus bagaimana.

"Kasih gue waktu buat... mikir dulu, ya?" kata Nara sembari mengarahkan kursi roda menuju kamarnya dan meninggalkan Leo yang menghela napasnya lelah di ruang keluarga.

Nara memasuki kamarnya lalu menguncinya. Dengan perlahan ia bangkit dari kursi rodanya dan berbaring di kasurnya lalu menatap langit langit kamar.

"Jepang?" gumamnya. Setelah mengatakan itu, Nara menghela napas sembari meletakkan lengannya diatas matanya.

Nara sungguh diambang dilema. Ia tidak bisa mengabaikan kakek dan neneknya yang selama ini sangat baik kepadanya dan juga Leo. Mereka juga sering membantu Nara dan Leo walaupun kadang Leo dan dirinya menolak. Tapi bagi Nara, kakek dan neneknya yang di Jepang itu sangat berharga. Nara sangat menyayangi mereka.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang