Tindakan mungkin tidak selalu membawa kebahagiaan, tetapi tidak ada kebahagiaan tanpa tindakan.
👻 👻 👻
Nara mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya sembari meletakkan sikunya di depan jendela mobil lalu menggigit kuku ibu jarinya. Matanya ke jalanan, tapi pikirannya jatuh ke video yang tadi ia lihat waktu di cafe.
//Jangan ditiru ya...//
Apa yang ia lihat tadi sungguh masih terngiang di otak. Benar benar terputar jelas seakan akan videonya juga disimpan diotak.
Nara berfikir, kenapa orang itu malah menggertak Jeon? Bukan, maksudnya Nara sendiri saja yang termasuk baru kenal pun tau bahwa Jeon bukan tipe yang mudah digertak.Yang ada malah di gertak balik.
Apalagi urusan besar seperti itu, pantas Jeon memilih lebih baik mati daripada bertekuk lutut pada lawannya. Sorry banget...
Tiba tiba ponsel Nara berdering membuat empunya menoleh ke arah dashboard dimana ponselnya tergeletak.
Bang Leo is calling...
Nara berniat mengangkatnya, namun ia urungkan karena ia masih di perjalanan. Akhirnya ia biarkan sampai berhenti sendiri, tapi ponsel itu berdering kembali membuat Nara jengah. Namun Nara tetap tak mengangkatnya.
Bentar lagi sampe... Pikirnya.
Sesampainya di pekarangan rumah, Nara langsung mematikan mesin mobil dan masuk ke dalam rumah.
Nara segera mengganti seragamnya dengan pakaian santai, setelahnya ia kembali meraih ponselnya.
Bang Leo....12 panggilan tak terjawab
"Leh, banyak banget... Ada apaan sih?" gumam Nara. Ia pun langsung mendial nomor Leo untuk menelpon balik.
Berdering...
"Halo, Ra?? Astaga... Akhirnya nelpon juga." kata Leo yang terdengar lega di sana. "LO KEMANA AJA BUSET DAH!!" Mendengar kakaknya ngegas, Nara sontak menjauhkan telinganya dari ponsel.
"Assalamu'allaikum..." pancing Nara membuat Leo terdengar membuang napasnya kasar.
"Iya maaf lupa. Wa'alaikumsalam."
"Kenapa si, Bang? Dari tadi nelpon mulu, tadi gue lagi di jalan jadi nggak gue angkat dulu. Kenapa?" tanya Nara.
"Hhh... Tadi gue banyak kali telpon lo, tapi nggak diangkat angkat. Jadilah gue nelpon si Anna." jelas Leo. "Trus kata Anna lo pulang duluan karena sakit. Lo sakit, Ra??" tanya Leo membuat Nara menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Iya, tapi udah nggak papa. Cuma kecapean doang." alibi Nara.
"Kecapean?" tanya Leo. "Lo kan kaum rebahan, apanya yang dicapein?"
Waduh
Nara menggigit bibir bawahnya gugup. Ya masa iya dia bilang kalau selama ini dia ke sana kemari bantuin setan. Weladalah...
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...