Pergilah jika ini yang terbaik. Karena yang terlihat baik tak selamanya menjadi yang terbaik.
👻 👻 👻
"Nara..." panggil Jeon.
"Hmm?" jawab Nara tanpa menoleh. Matanya masih setia terpejam dengan kepala yang didongakkan keatas.
"Nara..."
"Yaa?" kali ini pun Nara belum menoleh ke arah Jeon membuat Jeon mengangkat dan mendaratkan telapak tangannya di puncak kepala Nara.
"Naraya." Panggilnya lagi.
"Kenapa sih?" toleh Nara. Tangan Jeon masih setia bertengger di kepala Nara, kini ia mengelusnya lembut. Jeon tersenyum dengan pandangan yang mengikuti tangannya yang tengah mengelus puncak kepala Nara.
"Abis ini, lo jangan telat ke sekolah lagi ya? Belajar yang rajin, gue tau lo sebenernya pinter. Cuma males aja kan?" kata Jeon sambil terkekeh. "Makan yang teratur, jangan telat. Ntar sakit lagi, lo harus jaga kesehatan."
Psshh...
"Erkh." Rintih Jeon pelan. "Abang lo belum pulang, jadi lo harus bisa jaga diri. Kalo ada apa apa hubungin seseorang." Jelas Jeon tiba tiba. Nara jadi bingung sendiri dengan arah bicara Jeon saat ini.
"Lo itu kenapa sih? Gue nggak ngerti lo ngomong apa?" Tanya Nara.
Pssh...
"Jangan suka nekat apa lagi kalo itu bisa bikin diri lo celaka. Paham kan?" tanya Jeon sembari menatap bola mata Nara lekat.
"Iya gue paham. Tapi kenapa tiba tiba lo ngomong beginian? Tumben?" tanya Nara dengan senyum tidak mengertinya.
Psshh...
"Sssshh..." rintihnya lagi. "Waktu gue udah abis. Udah waktunya gue buat...... Pergi." Jawab Jeon sambil tersenyum tipis.
Kedua alis Nara terangkat mendengar perkataan Jeon barusan. Sekarang? Secepat itukah?
"Tapi kita belum ke tempat lainnya. Lo.... Lo bilang mau ke kepulauan seribu kan? Ki... Kita kan belum ke sana?" tanya Nara dengan suara yang mulai bergetar dan mata yang mulai berkaca kaca. Jeon pun menurunkan tangannya,
"Gue janji bakal ke semua tempat itu sama lo. Tapi nggak sekarang...." jelas Jeon dengan suaranya yang semakin lirih di akhir kalimatnya.
Tes!
Perkataan Jeon membuat air mata Nara akhirnya menetes.
"Gue minta maaf." Kata Jeon pelan. Nara menatap Jeon dengan matanya yng semakin berair karena tak dapat dibendung hingga air matanya menetes membasahi pipinya.
"Gue tau, gue bakal lupa sama semua ini kalo gue balik ke raga gue. Gue juga bakal lupa sama lo. Tapi ingat satu hal Ra, ingatan gue mungkin nggak bisa mengingat ini semua, tapi gue yakin bahwa raga dan hati gue bakal tetep inget sama lo." Kata Jeon sambil menggenggam tangan Nara.
Psshh...
"Lo siap kan buat nunggu gue?" Tanya Jeon. Nara mendongak dengan tatapan sendunya.
"Tunggu gue di hari wisuda lo. Jikakalau hari itu gue nggak dateng, lo bisa nganggep gue seolah olah nggak pernah ada. Gue bakal datang di hari itu dan ngasih lo hadiah yang paling spesial. Kenapa? " Jeon pun menempelkan jidatnya ke jidat Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...