Aku setuju jika membantu dan kamu juga anggap begitu. Tapi aku sangat tidak setuju jika kamu hanya memanfaatkanku.
.
~Naraya Athava~👻 👻 👻
(klo ada typo bilang yaa)
Happy reading ❤️"N... Nama CEO-nya siapa? Kali aja gue tau." tanya Nara memastikan apakah yang ia pikirkan benar atau salah.
"Namanya? Namanya itu... Jeonne Frissia." Jawab Anna.
JDERR!!
Mendengar jawaban dari Anna membuat Nara terkejut. Jadi benar apa yang dikatakan oleh Jeon kemarin? Jadi ini semua berhubungan??
Tunggu, Nara merasa ia ingat sesuatu."Pak! Pinjem dong korannya." pinta Nara.
"Hem... Sampe mana gue tadi? Bundir mana tadi bundir..." gumam Nara sembari membolak balikan kertas koran itu.
"Astagfirullah neng! Eneng mau bunuh diri?! Istighfar neng." kata Pak Toto tiba tiba.
"Lailahailallah, pak... Siapa yang mau bunuh diri? Orang saya lagi baca ini."
"Oalah bapak kira." jawab Pak Toto sambil cengengesan. Nara hanya geleng geleng saja melihatnya.
"Apa nih? Seorang CEO muda.... blablabla. Jeonne Frisia." gumam Nara. Dahinya mengernyit karena merasa asing dengan nama yang barusan ia baca.
"Kecelakaan... Anak pengusaha... Wah! Selisih dua taun doang ama gue. Masih muda dong. Hemm... Koma? Uh ya ampun gue doain semoga bisa selamat." gumam Nara.
"Anak dari perusahaan mana sih? Mmm... Dirahasiain, ya?"
"Eh, tunggu bentar. Bukannya nama perusahaannya dirahasiain, ya?" tanya Nara setelah mengingat kejadian tempo hari. "Gue pernah baca di koran soalnya."
Anna mengangguk, "Iya, tapi sekarang udah ketauan. Perusahaan gede gitu. You know lah, kekuatan paparazi."
Mendengar jawaban Anna semakin membuat Nara kepikiran soal bagaimana bisa seorang CEO perusahaan terbesar di Jakarta bisa datang menemui dirinya dalam wujud yang... ASTAGA.
"Heh... Lo takut sama gue?" tanyanya di balik pintu kamar mandi itu.
Pertanyaan macam apa itu? Ya mesti gue takut lah dasar bodoh! Batin Nara.
"Plis jangan ganggu gue... Lo mau ngapain ke sini sih tuan hantu??"
"Bukannya lo yang manggil gue tadi. Gue juga tau kok kalo lo bisa lihat gue tadi pas di sekolah." kata 'hantu' itu santai.
Sekarang Nara paham, kenapa saat itu Jeon menjawab bahwa Nara lah yang memanggil Jeon.
KRSK... KRSK...
Semua pandangan murid tertuju pada pengeras suara yang terletak di sudut kantin. Jika begini, biasanya akan ada pengumuman.
"Mohon perhatian semuanya. Dikarenakan hari ini ada rapat guru, semua murid dipersilahkan untuk melanjutkan belajar di rumah. Terima kasih."
Setelah mendengar pengumuman itu, semua murid langsung bersorak sorai dan pergi berhamburan keluar kantin.Bukannya merasa senang, Nara malah bingung sendiri. Nara hafal betul bahwa tadi adalah suara dari guru BP di sekolah mereka. Saking seringnya Nara dipanggil ke ruang BP karena sering telat, Nara jadi hafal bagaimana nada bicara guru BP-nya. Dan kali ini nadanya sungguh berbeda. Ia seperti pernah, mendengarnya tapi di mana?
Setelah mengingat-ngingat sejenak, sontak mata Nara terbelalak sempurna dan tubuhnya mulai menegang.
"Ini bukannya nada suaranya...."
"Hei, lo! Udah gue singkirin penghalangnya." Mendengar itu sontak membuat bulukuduk Nara meremang.
Ternyata benar apa yang ia duga.
👻👻👻
Kini Nara berada mobil sedan putih miliknya yang dulu pernah dibelikan oleh kakeknya.
Sebelumnya Nara tidak pernah mau mengendarai mobil ke sekolah, karena menurut dirinya itu hal yang merepotkan dan boros bensin juga. Paling hanya dipanaskan setiap harinya atau dipakai jika sangat ia butuhkan.
Di tubuhnya kini melekat kemeja berwarna biru langit polos yang dipadukan dengan celana jeans putih panjang miliknya.
Sesekali Nara melirik kearah kursi penumpang yang ada di sampingnya. Dan tepat saat itu juga sosok yang duduk di sana ikut menoleh yang membuat keduanya bertatapan sekejap. Namun Nara langsung memalingkan wajahnya dengan kesal.
"Fokus sama jalan yang ada di depan lo. Gue nggak mau kecelakaan dua kali." ujar Jeon.
"Lagian kalo iya kecelakaan, yang mati juga gue bukan elo!" balas Nara ketus.
Buat apa sok-sokan menjaga tutur kata dan merasa bersalah untuk hantu yang menyebalkan seperti dia? Sungguh Nara masih sangat kesal dengan apa yang terjadi tadi di sekolah. Bagaimana bisa Jeon melakukan itu seenak jidatnya?! Sungguh mengesalkan!
FLASHBACK ON
"Mohon perhatian semuanya. Dikarenakan hari ini ada rapat guru, semua murid dipersilahkan untuk belajar di rumah. Terima kasih." Setelah mendengar pengumuman itu, semua murid langsung bersorak sorai dan pergi berhamburan keluar kantin.
Bukannya merasa senang, Nara malah bingung sendiri. Nara hafal betul bahwa tadi ada lah suara dari guru BP disekolah mereka. Saking seringnya Nara dipanggil ke ruang BP karena telat, Nara jadi hafal bagaimana nada bicara guru BP-nya. Dan kali ini nadanya sungguh berbeda. Ia seperti pernah, mendengarnya tapi di mana?
Setelah mengingat-ngingat sejenak, sontak mata Nara terbelalak sempurna dan tubuhnya mulai menegang.
"Ini bukannya nada suaranya...."
"Hei lo! Udah gue singkirin penghalangnya." Mendengar itu sontak membuat bulu kuduk Nara meremang.
Ternyata benar apa yang ia duga.
Nara menoleh ke belakang dan terbelalak melihat Jeon sudah ada di sana dengan tangan yang dilipat di depan dada seperti biasa.
Alisnya naik sebelah saat ia bertatapan dengan Nara."Ra, pulang yuk. Lo mau ikut gue nggak?" tanya Anna tiba tiba.
Nara tak menjawabnya, ia masih tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya kini. Jadi yang Jeon katakan tidak main main. Lihatlah, ini dia buktinya.
"Heii..." panggil Anna sambil menggoyang goyangkan bahu Nara yang membuat empunya tersadar kembali.
"Hah?" tanya Nara linglung.
"Kebiasaan deh ngalamun."
"Sori, kenapa?"
"Mau ikut gue gak? Pulang bareng?" tawar Anna.
"Mmm...Iy.."
"Jangan berpikir buat kabur, Naraya Athava." kata Jeon dingin. Mendengarnya Nara jadi merinding sendiri.
👻👻👻
TBC
C U Next chapter....♡
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...