Aku diam, bukan karena tak peduli. Aku marah, bukan karena benci. Aku mengatai, bukan karena menyepelekan.
Apa adanya diriku, itu semua di hatiku. Semua bisa keluar bila ego tak melahap. So,don't judge a book by its cover
👻 👻 👻
Cipp... Cipp... Cipp....
Nara membuka matanya perlahan. Dahinya mengernyit karena silau dari sinar matahari yang masuk menembus jendela kamarnya tanpa permisi.
Nara pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi untuk menggosok giginya.
"Ah iya! Gue belum beli buku persiapan ujian. Aish!" Nara pun mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Anna.
Tuut... Tuut...Tuut
"Ya halo? Kenapa, Ra?" tanya Anna dari seberang.
"Anna! Lo udah ke mall belum? Gue mau ke toko buku, nih. Gue lupa belum beli buku ujian. Temenin bisa nggak? Ya?" bujuk Nara.
"Duh, gimana ya Ra? Gue aja skip jalan-jalan. Gue lagi di RS nih. Adek gue demam tinggi, mamah juga lagi pulang ambil baju. Nggak ada yang jagain Farel kalo gue pergi. Maaf yaa... " jelas Anna.
"Oh, gitu ya? Ya udah deh, gue sendiri aja. Ntar abis beli buku gue mampir sekalian, ya?"
"Iya boleh. Di Rumah Sakit Pelita, ya.Sekali lagi maaf ya Ra."
"Udah gapapa. Santuy aja ama gue. Yaudah gue tutup, ya? Bye..."
"Bye juga."
Nara menutup teleponnya dan beranjak untuk mandi. Setelah mandi Nara memilih mengenakan kemeja warna abu-abu dan celana jeans putih panjang. Rambut panjangnya seperti biasa hanya diikat ekor kuda saja.
Wajah Nara tak perlu dipoles apapun sudah putih bersih dan mulus dari sananya, makanya dia lebih memilih sabun cuci muka daripada bedak.
Nara meraih kunci mobilnya dan berjalan keluar rumah. Tak lupa ia mengunci pintu dan garasi setelah mobil keluar. Jarak antara rumahnya dengan toko buku cukup jauh, jadi Nara memilih untuk mengisi bahan bakar di tengah jalan. Sebelumnya Nara tak pernah banyak menaiki mobil seperti kemarin kemarin. Biasanya hanya saat weekend saja. Itu pun cuma sebentar.
Sesampainya di toko buku, Nara segera membeli apa yang dibutuhkannya.
Setelah dapat dan membayarnya, Nara kembali mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit yang Anna tunjukkan tadi.Karena jarak antara toko buku dengan rumah sakit tidak terlalu jauh, jadi tak butuh waktu lama untuk sampai di sana. Nara menatap bangunan rumah sakit yang besar dan bisa dibilang mewah. Rumah Sakit Pelita ini tergolong rumah sakit swasta. Ya maklum lah, Anna kan anak dari keluarga yang berada.
"Permisi, kamar rawat pasien bernama Farel Raditya di mana ya?" tanya Nara pada salah satu resepsionis di sana.
Farel Raditya, adiknya Anna. Nara bisa mengetahui nama lengkap adiknya Anna ya karena dia dengan Anna sudah berteman sejak SMP.
"Tunggu sebentar, mbak." kata resepsionis itu.
"Ada di kamar Dahlia no 18 di lantai 5."
"Oh, oke. Terima kasih." ucap Nara.
Ia pun berjalan menuju lift. Saat pintu lift baru saja tertutup, tiba-tiba ponselnya berdenting. Saat Nara lihat, ternyata notifikasi pesan dari Anna yang menanyakan keberadaannya. Dia bilang dia bosan karena adiknya tengah tidur, dia jadi sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Fiksi Remaja- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...