🕚Chapter 78 : Lunch🕚

632 50 3
                                    

Mint choco tuh kek elu. Adem, manis, ada pedesnya juga dikit.

👻👻👻

"Tolong lo jaga Nara, ya. Tolong lo cintai dan sayangi Nara seperti gue sayang dia, kalau bisa lebih. Gue percaya sama lo. Kalau dia sampe nangis sedih gara gara lo, abis lo saat itu juga sama gue." ancam Leo.

"Gue janji, bakal..."

"Gausah janji, gue butuhnya bukti." potong Leo membuat Jeon tersenyum.

Bener bener kayak Nara.

"Gue bakal berusaha sebaik mungkin buat buktiin semuanya." kata Jeon mantap membuat Leo menarik sebelah bibirnya.

"Gue pegang kata kata lo." kata Leo sembari menuding wajah Jeon. "Hah... Nara beruntung dapet lo yang mau nerima dia apa adanya."

"Menurut gue, kami sama sama beruntung. Karena kami saling bersandar, bukan salah satu yang menyandar satu lainnya. Gue pun sama, gue beruntung bisa ketemu Nara yang bisa nerima gue tanpa pandang harta atau popularitas. Yah intinya, simbiosis mutualisme." kata Jeon dengan senyumannya.

"Lo anak IPA, ya?" tanya Leo. "Sori bro, gue anak IPS." gurau Leo yang diakhiri dengan kekehan keduanya.

Cnting!

Jeon sedikit tersentak dan segera merogoh tas selempang kecilnya.

Nyonya Jeonne
¬Je
¬Jadi makan siang nggak? Keburu jam istirahatku abis.
¬Kamu ada kerjaan mendadak, kah?

Jeon mengangkat pergelangan tangannya dan terkejut. Karena kini sudah jam 12.15pm.

"Waduh..." gumam Jeon yang bisa didengar oleh Leo.

"Kenapa lo? Dichat rentenir?" ledek Leo.

"Sembarangan." bantah Jeon cepat yang membuat Leo tertawa. "Nara yang ngechat."

"Oiya udah jam makan siang. Yaudah ayo balik barengan aja. Gue juga mau sekalian balik ke ruangan gue." ajak Leo sembari bangkit dari duduknya dan berjalan lebih dulu untuk kembali ke kantornya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Jeon menyusul dan ikut berjalan di sebelah Leo.

Saat tengah berjalan, tiba tiba ponsel Leo berdering membuat empunya langsung mengangkat telepon sembari berjalan.

"*Ya?"

"*Iya, nanti setelah jam makan siang akan saya cek."

Di sisi lain Leo yang tengah mengobrol lewat telepon, Jeon juga sibuk dengan ponselnya. Ia sendiri sedang membalas chat dari Nara yang memberitahukan bahwa dirinya sedang berjalan menuju pintu masuk kantor.

Setelah mereka sampai tak jauh dari pintu masuk utama kantor, mereka bisa melihat Nara yang tengah berdiri sembari sibuk dengan ponselnya.

"Saking lapernya apa gimana mbak?" ledek Leo dengan suara yang keras membuat Nara menoleh.

"Oh? Kok kalian bisa bareng?" tanya Nara setelah melihat bahwa ada Jeon di sebelah kakaknya.

"Kenapa pulak nggak bisa?" Mendengar jawaban Leo membuat Nara merungut kesal.

"Ck, bodo ah. Ayo, Je." tarik Nara.

"Yaudah, bang. Gue bawa Nara dulu. Agak lama juga, boleh kan?"

"Nggak ba..."

"Yaudah sono. Jagain adek gua, jangan diapa apain." pesan Leo.

"Tumben lo bolehin gue keluar lama pas kerja." kata Nara heran.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang