Bila seseorang tidak dapat menemukan kedamaian di dalam hatinya sendiri, maka ia juga tidak perlu mencari kedamaian di tempat lain.
.
~LATENT~👻 👻 👻
Happy reading ❤️
Nara mengerjapkan matanya. Ia terbangun karena cahaya matahari yang menerobos masuk dari jendela kamarnya.
Ia berbalik dan melihat Jeon yang tengah duduk di kursi yang berada di samping ranjangnya. Melihat itu Nara segera berbalik kembali dan menutup tubuhnya dengan selimut.
"Ra..." panggil Jeon.
"Udah gue bilang jangan muncul di hadapan gue lagi." ujar Nara dingin.
"Gue minta maaf." kata Jeon lirih. Nara tetap bungkam.
"Ra..."
"Gue maafin. Sekarang lo pergi." final Nara.
"Ra, gue minta maaf. Gue emang orangnya cuek gini. Dan gue nggak pernah sedikitpun berniat buat manfaatin lo. Bahkan awal gue tau kalau lo bisa liat gue, nggak pernah terlintas dipikiran gue buat manfaatin lo. Yang ada dipikiran gue saat itu adalah gue beruntung karena ada orang yang bisa liat wujud gue. Jadinya gue berpikir buat minta bantuan sama lo. Mungkin caranya salah, gue bener bener minta maaf." jelas Jeon. Tumben ni orang ngomong banyak.
"Dan lo tau? Pas lo bilang lo mau bantuin gue, gue merasa bahagia banget. Karena gue merasa, walaupun kecil kemungkinan, gue masih bisa kembali hidup. Gue cuma pengin balik ke kehidupan gue yang dulu, Ra. Maaf kalau cara gue egois. Tapi gue nggak pernah berpikir buat manfaatin lo. Tolong, kasih gue kesempatan. Gue janji nggak bakal kayak kemaren-kemaren lagi." lanjut Jeon. Kini kepalanya menunduk menyesal.
Nara berbalik dan duduk. Ia menurunkan kakinya dan sekarang ia duduk berhadapan dengan Jeon yang tengah duduk di kursi meja belajarnya. Jarak mereka hanya terpaut kurang dari seperempat meter.
"Lo pingin tau kenapa gue ngerasa kalo gue dimanfaatin sama lo?" tanya Nara.
Jeon mendongak dan menatap Nara dengan tatapan sendunya,
"Apa?""Karena lo minta bantuan gue aja maksa. Awalnya gue ogah-ogahan banget itu buat bantu lo. Tapi semakin ke sini gue udah agak ngerti sama posisi lo. Gue tau lo cuma pengin balik kayak dulu lagi. Maka dari itu, gue mencoba buat ikhlas dan menikmati ini semua."
"Tapi lama kelamaan gue juga capek lo perlakuin gitu terus. Lo yang semena-mena dan menghalalkan segala cara biar gue bisa dengan cepat bantu lo, itu semua lo lakuin seakan-akan kalo gue itu babu lo. Lo perintah apa, gue harus langsung jalan."
"Gue mau bantu dalam artian kita kerjasama. Bukan gue sendiri. Gue nggak mau berjuang sendirian di dalam kehidupan lo. Bagaimana pun gue bantu lo tapi lo nggak mau ngimbangin usaha gue itu semua akan sia- sia. Karena ini hidup lo, bukan hidup gue. Lo paham?" tanya Nara. Jeon mendongak lalu menunduk lagi.
"Maaf..."
"Gue tanya, lo paham nggak?"
"Iya..."
"Bagus."
"Jadi... Lo maafin gue nggak?"
"Gue kasih satu kesempatan lagi. Awas aja kalau gara-gara lo, kejadian kemaren sampai kejadian lagi. Bodoamat gue nggak bakal bantu lo!" Mendengar itu wajah Jeon langsung menjadi cerah. Ia bangkit dan langsung memeluk Nara yang membuat Nara tercekat saat itu juga. Apa ini?
"Makasih..." Jeon pun melepas rengkuhannya kemudian menatap wajah Nara yang masih dalam mode terkejutnya.
Wajah gue kok jadi panas gini, sih??
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...