Kebersamaan ini adalah wujud pengalihan fokus dari kesepian dan rasa sakit.
👻 👻 👻
Jeon menatap sekilas tangan Nara, dan kemudian Nara dikejutkan karena tiba tiba Jeon menepis tangan Nara, keras. Jeon bangkit dan menatap lurus ke depan."Awsh! Hey, kenapa sih?" tanya Nara yang bingung dengan perubahan sikap Jeon.
Alis Nara sedikit terangkat ketika tiba-tiba Jeon meliriknya dengan pandangan dingin.
Kenapa lagi sih anak ini?
Jeon menoleh sedikit kemudian berkata, "Males gandengan. Apa kata orang nanti?" kata Jeon dingin membuat Nara bingung sendiri. Jeon kenapa, sih?
Dan detik selanjutnya, Nara kembali terkejut dengan perlakuan Jeon yang tiba tiba merangkul pundaknya posesif.
"Gini dong! Apaan gandengan mulu, nggak panas tu tangan?" ledek Jeon sembari menoleh kearah Nara membuat jarak wajahnya dengan Nara hanya terpaut beberapa senti saja. Kedua pandangan saling terkunci membuat jantung Nara terasa tengah menggelar konser sekarang.
Namun tak lama Nara tersadar dan segera menarik pipi Jeon.
"Aaaa...." keluhnya dengan suara datar. Nara pun menyudahi tarikannya kesal.
"Kalo mau bercanda, nepisnya biasa aja dong!" protes Nara.
"Emang sakit?" tanya Jeon bingung. Tanpa menjawabnya dengan sepatah kata, Nara menunjukkan punggung tangan putihnya yang kini sudah kemerahan.
Melihat itu, mata Jeon sontak melebar. Ia pun meraih tangan Nara lalu mengelusnya lembut sembari ditiup.
"Maaf... Hehe." cengengesnya membuat Nara menggelengkan kepalanya.
"Udah, ah. Ayok, keburu Bang Leo keluar tanduknya." kata Nara membuat Jeon terkekeh.
👻 👻 👻
Kini mobil Nara sudah sampai di depan salah satu apartemen di Tokyo. Nara dan Jeon pun turun dari mobil, Nara berniat menukar posisinya yang awalnya ada di kursi penumpang.
"Hati hati pulangnya." pesan Jeon sembari mengelus puncak kepala Nara. Sedangkan Nara hanya tersenyum dan mengangguk.
"Jam berapa take off-nya?" tanya Nara membuat Jeon menurunkan tangannya.
"Pengen banget ya, aku cepet balik?" rengut Jeon.
"Kan aku cuma nanya... Biar bisa anter gitu." jawab Nara lembut. Sedangkan Jeon tersenyum dan memainkan rambut Nara di puncak kepalanya. Sepertinya itu akan jadi kebiasaan Jeon mulai hari ini.
"Nggak usah." kata Jeon membuat dahi Nara mengerut.
"Nggak usah apa?"
"Nggak usah nganter."
"Kenapa?"
"Aku berangkatnya jam 01 nanti. Tadi Gaza udah kasih tau. Karena besok juga langsung rapat." jelas Jeon. Mendengar itu Nara jadi merasa tidak enak. Jeon pasti kelelahan, bukankah seharusnya Jeon pulang ke Indonesia tadi sore? Tapi malah mengulur waktu hanya untuk jalan jalan bersamanya.
Nara menunduk merasa bersalah.
"Maaf..." cicitnya."Maaf kenapa?" tanya Jeon heran.
"Jadi ngulur-ngulurin waktu kamu. Jadinya kamu kecapean deh, padahal jadwal kamu lagi padet. Maaf..." jelas Nara membuat Jeon menggeleng lalu menarik Nara ke dalam dekapannya.
"Kok minta maaf, sih? Kamu kan nggak salah."
"Tapi kan gara gara aku juga, kamunya jadi..."
"Sst... Hei. Akunya aja seneng kok, lagian kan aku udah lama banget nggak ketemu kamu sebagai 'Jeonne Kendrick Frissia'. Yakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...