🕚Chapter 80 : Marah Beneran?🕚

739 53 0
                                    

Obrolan saja bisa bertabrakan, apalagi keadaan. Jungkir balik juga bisa.

👻 👻 👻

Jeon dan Nara pun akhirnya sampai di sebuah apotek. Jeon meminta seorang dokter yang praktek di sana untuk segera mengobati luka Nara.

Dokter pun langsung mempersilahkan Nara duduk baru kemudian ia bersihkan lukanya.

"*Karena ini di jidat, saya pakaikan plaster yang bening ini aja, ya." kata dokter itu ramah.

"*Harus banget diplaster ya, dok?" cicit Nara. Karena pasti akan terlihat aneh kalau di jidat Nara ada plaster. Makin malu nanti dia pas masuk kantor.

"*Ini lukanya agak lebar. Jadi sebaiknya diplaster, agar tidak infeksi debu. Kalau sering diganti dan diobati, lusa juga paling sudah kering. Mbak sabar aja, ya." jelas dokter itu.

Yah, mau bagaimana lagi. Nara hanya bisa pasrah dan menerima saja saat dahinya diplaster.

Jeon? Jeon sendiri sedari tadi ada di sebelah Nara. Tapi seperti yang kalian ketahui, dia tak bisa berbahasa Jepang. Jadilah ia hanya menyimak pembicaraan dua orang dihadapannya sedari tadi.

Jeon sedikit tersentak saat tiba tiba ponselnya terus berdering. Ia pun memilih untuk mundur agak jauh dari posisi Nara dan mengangkat panggilan tersebut.

"*Nah sudah selesai. Mbak bisa beli plaster kalau mbak tak ada plaster yang seperti ini di rumah. Mbak bisa membelinya di depan." titah dokter itu setelah ia selesai mengobati luka Nara.

"*Iya, terima kasih, dok." ucap Nara. Sebelum ia beranjak, Nara menoleh untuk mencari keberadaan Jeon namun nihil.

Apa dia di luar, ya?

Nara pun beranjak dari kursinya dan berjalan ke depan untuk membeli beberapa plaster karena ia merasa sepertinya di rumah tidak ada plaster yang besar seperti ini.

Jeon yang melihat Nara beranjak tanpa menunggunya pun terkejut. Ia bertanya tanya, apakah Nara memang benar benar marah padanya.
Ia pun segera menyimpan ponselnya dan berjalan cepat mengikuti Nara ke depan.

Di sisi lain, karena tidak ada antrean Nara bisa langsung meminta plester yang akan ia beli pada petugas yang berjaga.

"Nara..." panggil Jeon begitu ia sudah berada di samping Nara.

Nara pun menoleh dan menaikan alisnya saat mendapati Jeon yang tadi ia cari berada di sampingnya.

Baru saja ia akan membuka mulutnya untuk menanyakan dari mana saja Jeon dari tadi, tapi tiba tiba petugas apotek memanggilnya dan membuat Nara sontak mengalihkan atensinya.

"*Permisi, mbak. Ini plasternya." katanya yang membuat Nara langsung mengalihkan pandangan dari Jeon.

"*Oh, iya. Sebentar." kata Nara sembari merogoh tasnya. "*Ini uangnya. Terima kasih."

Setelah Nara membayar, ia pun menghadapkan tubuhnya kearah Jeon.

"Ra... Aku minta maaf..." ucap Jeonn pelan membuat alis Nara bertaut.

"Hah?"

Dan terjadi lagi, baru saja Nara ingin bertanya, tiba tiba ponselnya berdering yang membuat empunya segera morogoh tas dan mengangkat telepon.

*"Ya, halo?"

"...."

"*Ah, maaf tunggu sebentar. Saya lagi di seberang jalan jadi tidak begitu jelas suaranya." kata Nara sembari berjalan cepat kearah mobil. Ia rasa jika di mobil itu lebih baik.

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang