Semuanya akan terbalaskan. Ini hanya masalah waktu.
👻 👻 👻
Kamu pasti pernah dengar kan. Ketika kamu mengharapkan imbalan dari apa saja yang telah kamu usahakan selama ini, walaupun imbalan itu tak langsung terlihat tapi percayalah bahwa imbalan itu akan datang diwaktu yang tepat dengan cara yang tidak disangka sangka.
Karena sesuatu yang tepat, akan datang di waktu yang tepat pula.
Bukankah lebih baik kamu bersakit sakit selama 4 tahun dan bahagia di 40 tahun berikutnya daripada kamu bahagia selama 4 tahun dan bersakit sakit di 40 tahun selanjutnya.
Itu yang Nara rasakan. Ia benar benar merasa bahagia. Bolehkah ia berharap, penantian dan sakitnya di 4 tahun lalu itu tergantikan dengan bahagia di 40 tahun di depannya?
Tapi... Bukankah Nara yang bersakit sakit selama ini? Memang Nara sangat menantikan hari ini. Hari di mana Jeon bisa ingat padanya. Mungkin dibayangan kalian, Nara akan sedikit lengket dengan Jeon. Namun nyatanya Jeon yang menempel terus.
Kini mereka tengah duduk disebuah taman sedikit berbukit sembari memandang langit malam. Jeon menyenderkan kepalanya di bahu Nara dengan jari jemari yang saling tertaut dengan tangan Nara. Berkali kali Jeon menggerakkan kepalanya seakan mendusel pada Nara.
"Kok kayaknya kamu jadi manja banget, si?" tanya Nara heran setelah Jeon menggerakkan kepalanya.
"Biarin. Kangen. Nggak boleh?" jawab Jeon singkat sembari memejamkan matanya.
"Kan aku yang ngerasain, bukan kamu. Kamu mah, paling enak enakan liatin cewek yang bohai bohai di luar sana. Nggak tau kalau aku nungguin kamu kek orang bego." balas Nara datar membuat Jeon mengangkat kepalanya dan memandang Nara dari dekat.
"Siapa yang bohai? Sinta nggak bohai." jawab Jeon asal.
"Kamu diem diem ngeliatin Sinta juga, ya?" tanya Nara, bukan cemburu.
"Kan keliatan, bukan ngeliatin."
"Hm, aku lupa kalo kamu cuma ke kampus sama kantor terus kantor dan kantor lagi."
"Mmm... Ada si yang bohai. Karyawan kantor banyak yang bohai, mahasiswi di kampus juga banyak. Nggak sedikit juga yang terang terangan ngedeketin aku. Bahkan sampe nekat nembak." jelas Jeon santai. Nara melirik sebal kearah Jeon kemudian mendorong kepala Jeon dari bahunya.
"Songong!" ketus Nara membuat Jeon tersenyum geli.
"Asik, cemburu..." goda Jeon sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Nara. Nara hanya membalasnya dengan lirikan sebalnya.
"Ngapain cemburu sama cewek cewek begituan. Nggak deh, makasih." balas Nara membuat Jeon tertawa dan mengacak rambut Nara gemas.
"Ih! Rese!" kesal Nara sembari menata kembali rambutnya. Melihat wajah kesal Nara membuat Jeon tak tahan untuk menarik pelan kedua pipi Nara.
"Iya lah, cuma kamu yang aku cintai kok. Lagian cewek cewek yang suka sama aku itu nggak ada yang sekuat kamu."
"Kuat? Aku bukan Hercules, ya!" bantah Nara sembari mengelus pipinya sendiri.
"Ck, maksudnya kuat itu, kamu kuat menghadapi keadaan sama kuat nunggu aku padahal akunya nggak inget sama sekali sama kamu. Kalo itu orang lain, paling udah cari yang baru."
"Hmm... Cowok di sini sebenernya banyak yang oke. Di kantor udah berapa kali ya aku nerima pernyataan cinta?" tanya Nara pada diri sendiri sembari berpura pura seakan akan ia tengah berpikir dan menghitung ada berapa pria yang pernah menyatakan perasaannya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATENT ✔
Teen Fiction- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-13+ (mau lanjut revisi, lupa dulu sampai bab brp😭) ______________________________________________ Genre : Romance - Fantasi Pertemua...