🕞Chapter 47 : Terulang🕞

888 70 0
                                    

Jika bisa dihadapi, maka hadapilah.
Tapi jika tidak, maka nikmatilah.
.

👻 👻 👻


"Siapa anda sebenarnya? Saya rasa kita tidak pernah bertemu sebelumnya." tanya Jeon. "Bagaimana bisa anda mendapatkan semua bukti bukti itu?"

Kini mereka ada di ruang tamu, berdua karena Gaza memilih untuk menunggu di luar. Nara sejak tadi sungkan untuk menatap Jeon, pada akhirnya ia pun hanya menatap lurus ke depan.

"Apa anda tidak bisa sedikit pun menghargai kerja keras orang?" tanya Nara datar. Dari tadi Jeon hanya membahas bagaimana Nara dapat bukti itu, siapa Nara, Nara harus jawab, dan ancaman hukum hukum dan hukum selalu terlontar.

"Saya tidak pernah meminta bantuan kepada anda. Saya juga tidak mengenal anda. Dan atas dasar apa anda melakukan ini semua sampai mengaku bahwa anda teman saya?" sungguh Nara lelah dangan sifat pembinis Jeon ini. Sedari 20 menit yang lalu, perkataan Jeon sungguh melelahkan.

Nara sedikit mengerti kenapa Jeon bersifat sangat protective seperti ini. Jeon itu pebisnis, jabatannya pun bukan jabatan biasa. Wajar kalau dia menaruh kecurigaan pada Nara. Karena ia tak mau, jika ia menyikapi dengan santai dan hanya mengikuti alur, namun ternyata disuatu hari malah ada hal yang buruk terjadi akibat kejadian ini, itu bisa memberikan dampak buruk perusahaannya. Jeon tak mau itu terjadi.

"Memang anda tidak meminta bantuan kepada saya, tapi semua sudah selesai. Saya tidak mengharapkan apapun dan tidak ada maksud yang buruk dibalik ini semua dari apa yang telah saya lakukan. Maaf karena saya lancang telah mengaku-ngaku sebagai teman atau siapapun dari anda. Masalah ini sudah selesai, tolong anda pergi dari sini. Saya sibuk." Kata Nara datar.

"Maksud anda, anda mengusir saya? Begini anda memperlakukan tamu? Anda juga belum menjelaskan secara detail kepada saya. Apa anda ingin saya laporkan?" ancam Jeon lagi. Lama kelamaan Nara jadi geram sendiri.

"Anda yang tidak bisa menghargai orang lain untuk apa saya hormati?" tanya Nara dingin. Tenggorokannya tercekat. Ia menahan diri agar suaranya tidak bergetar.

"Apa?"

"Jika anda ingin melaporkan saya? Silahkan. Bahkan Presiden Direktur Frissia bersyukur atas apa yang telah saya lakukan untuk Frissia Group. Kenapa Anda repot?" tanya Nara pedas.

Jleb

Apa yang dikatakan Nara benar. Jeon selalu melihat ayahnya bahagia karena perusahaan sudah pulih. Ayahnya juga sering menyebut ada seorang remaja teman Jeon yang melakukan ini semua. Berkat dia, perusahaan kembali stabil. Kini Jeon bungkam, tak tahu harus berkata apa. Tapi... Ia masih belum sepenuhnya percaya kalau Nara memang tidak mempunyai tujuan buruk dibalik ini semua.

"Sekarang anda silahkan pergi dari sini." Pinta Nara datar.

"Pergi!!"

Jeon pun keluar dengan wajah geramnya dan langsung masuk ke dalam mobil diikuti Gaza. Nara beranjak dan menutup pintu dengan kasar lalu berlari menuju kamarnya dan menenggelamkan wajah dan suara isakannya.

Di sisi lain, Gaza mengambil alih kemudi.
"Sudah, Tuan?" tanya Gaza.

"Kantor." Kata Jeon datar. Gaza mengerti, ia pun melajukan mobilnya menuju kantor Frissia.

Setelah mobil Jeon mulai tak terlihat, orang itu pun keluar dari persembunyiannya. Ia menatap kepergian Jeon dan rumah Nara secara bergantian.

"Jadi ini rumahnya?" Gumam orang itu sembari tersenyum miring.

Ia pun mengambil ponselnya dan mendial nomor seseorang,

"Halo? Ternyata dia orang yang sama kayak yang pernah lo ceritain."

LATENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang