09. RAGA DAN ZANNA JADIAN

54.3K 3.9K 493
                                    

pencet vote ya brow & kasih coment di setiap paragraf yaaa!

follow wattpad : cutajafebryantari

follow instagram :
@cutajafbryntari
@wattpdmums
@ragapramudhitaa
@jiwabirdellaa
@aksa.laksmana
@bryan.adinata
@ubayrajana

***

Matahari menyinari bumi dengan kehangatannya pagi ini. Tak ada mendung atau awan abu-abu yang ikut menemani langit yang cerah. Angin sepoi-sepoi juga ikut menghiasi dengan dedaunan kering yang jatuh dari pohonnya.

Gadis dengan tas ransel warna pink itu berjalan melewati koridor sambil bersenandung merdu. Walaupun suaranya tak begitu enak di dengar. Tapi ia tetap percaya diri bernyanyi.

Seandainya kamu merasakan
Jadi aku sebentar saja
Takkan sanggup hatimu terima
Sakit ini begitu parah

Judika - jadi aku sebentar saja.

Jiwa terus menyanyikan lirik lagu dari Judika yang berjudul Jadi Aku Sebentar Saja. Raga tampak memasang wajah masam di sampingnya.

"Suara lo jelek, mending diem." Ketus Raga.

"Liriknya cocok tau, buat kamu."

"Oh lo nyindir gue, gitu?" Raga berhenti dari langkahnya, menoleh pada Jiwa dengan tatapan tajam yang mematikan.

Jiwa menggeleng cepat. "Enggak gitu maksud aku, Ga!" Jiwa jadi panik sendiri.

"Lo ke kelas duluan. Gue ada perlu." Ucap Raga.

"Perlu apa?"

"Iya perlu. Kepo banget lo." Raga berlari membelakangi Jiwa. Dari kejauhan Jiwa dapat melihat Raga berhenti di kelas XII IPA 4. Itu kelasnya Zanna. Dan Jiwa tahu maksud Raga ke kelas itu pasti mau menemui gadis pujaannya itu.

Jiwa mengangkat bahu acuh. Toh, memang sudah biasa melihat Raga berduaan dengan Zanna. Sudah kebal. Walaupun hatinya terasa nyeri setiap kali melihat Raga bersama Zanna. Tapi apa boleh buat, Jiwa tahu diri dimana posisinya di hidup Raga. Tidak sebanding dengan Zanna.

Jiwa kembali melangkah menuju kelasnya yang berlawanan arah dari kelas Zanna. Tiba-tiba bahunya ditepuk kuat oleh seseorang. Jiwa sontak menoleh. "Aksa?" Ucap Jiwa saat melihat sosok Aksa sudah berada disampingnya.

Aksa mengembangkan senyumnya. "Udah mendingan?" Tanyanya dengan tatapan dingin. Jangan heran, karena itu memang sudah ciri khasnya. Dingin dan pendiam.

"Udah kok, makasih ya udah bawa gue ke UKS kemarin. Tapi, maaf juga gara-gara gue lo jadi dipukul sama Raga. Gue bener-bener minta maaf ya, Sa."

"Hm." Balas Aksa cuek.

Keduanya melangkah beriringan melewati koridor pagi yang masih tampak sepi. Hening. Antara Jiwa dan Aksa tidak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya sama-sama diam. Jiwa pun jadi merasa canggung, padahal Aksa bukanlah orang asing. Aksa temannya. Tapi setiap kali Jiwa bersama Aksa pasti rasanya mencekam karena aura lelaki itu yang dingin dan cuek.

"Sakit apa?" Tanya Aksa memecahkan keheningan.

Jiwa menoleh cepat pada Aksa. "Sakit?" Tanyanya tak mengerti maksud Aksa.

"Kemarin muntah-muntah." Lanjut Aksa dengan tatapan dingin menatap lurus. Sedangkan Jiwa menatapnya dari samping.

"Oh itu.." Jiwa berusaha mencari alasan. "Asam lambung gue kumat, jadi ya gitu deh. Mual-mual bawaannya." Padahal Jiwa tidak ada riwayat penyakit asam lambung. Gadis itu berbohong.

JIWA DAN RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang