22. PERINGATAN

37.6K 2.8K 84
                                    

Vote dulu yuk brow💖

Coment yang banyak di setiap paragraf ya💖

Yuk racunin temen-temen kamu biar baca cerita ini 💖

Yuk racunin temen-temen kamu biar baca cerita ini 💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Bangun lo." Raga menarik kerah seragam baju seorang lelaki yang tertera nama Jirgo di name tag seragam putihnya. Raga menatap dingin padanya. Urat-urat tangan Raga menonjol mencekram kuat kerah seragam Jirgo. Sedangkan Jirgo sudah lemah tak berdaya dengan lembam yang begitu banyak di pipi dan sekitar mata.

"Maksud lo apa giniin gue?" Tanya Jirgo, dari tatapan matanya seolah tak takut sama sekali dengan Raga. Padahal tubuhnya tak bisa lagi ia seimbangkan. Jirgo berusaha melepaskan tangan Raga dari kerah seragamnya namun nihil, kekuatan Raga jauh lebih besar darinya.

Brugh!

"Itu buat muka sok gak bersalah lo!" Raga menonjok wajah Jirgo. Membuat Jirgo terduduk dengan kasar di lantai. Dengan tatapan datar dan dingin Raga melangkah pelan mendekati Jirgo lalu berjongkok agar leluasa melihat wajah Jirgo yang sudah lembam karena ulahnya.

Raga tersenyum miring sambil menganggukkan kepalanya. Terlihat sangat menarik. Raga mengangkat dagu Jirgo dengan telunjuknya sehingga wajah Jirgo mendongak keatas. "Ngaku sekarang atau lo gue buat mati." Bisik Raga. Hanya Jirgo yang dapat mendengarnya, semua kerumunan orang-orang tidak bisa menjangkau. Mereka terlihat kepo sampai-sampai ada yang mendekatkan kuping kearah Raga.

Semua orang mundur dan membenarkan posisi mereka seperti semula saat Raga bangun dan berdiri dengan tegap. Kedua tangannya terselip rapi di dalam kedua saku celana abu-abu. Raga sedikit menunduk untuk menatap Jirgo yang ada dibawahnya. Menatap dengan datar penuh arti.

"Lo yang bilang apa perlu gue yang bilang?" Tanya Raga sangat mencekam pada Jirgo. Walaupun pembawaan Raga tampak tenang dan santai namun sebenarnya dibalik sana ada kemarahan yang sangat besar.

Jirgo menelan ludah. Takut lebih tepatnya. Siapa yang tidak takut kalau Raga sudah bertindak?

"Lo kenapa, bro? Gue ada salah apa? Kita kan temen. Kita NAKOPRA!" Jirgo berusaha berdiri. Tangannya berusaha menggapai tubuh Raga. Berusaha mengambil hati Raga.

"Gak usah sebut Nakopra dengan mulut busuk lo itu." Sarkas Raga penuh amarah sambil menjauhkan tangan Jirgo. Sorot mata Raga sangat terpancar kekesalan serta kemarahan yang menumpuk bersiap akan meluap.

"Sebenarnya ada apa sama Jirgo, Ga?" Bisik Bryan pada Raga.

"Bentar lagi dia bakal jelasin sendiri." Raga berucap dengan kedua tatapan tajamnya masih terus mengintrogasi kearah Jirgo.

Bryan hanya mengangguk paham lalu mundur satu langkah. Bryan sangat tahu Raga, kalau sudah begini pasti ada alasannya. Raga bukan tipe orang yang akan gampang menghajar teman sendiri kecuali temannya itu yang duluan mencari gara-gara dengannya.

JIWA DAN RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang