68. NADINE DAN BRYAN OFFICIAL

21.7K 1.7K 98
                                    

Hi brow! Maaf bgt ya mums baru up setelah sekian purnama. Bukannya mau ghosting, tapi kemarin mums lagi diluar kota jadi gaada jaringan :(

INI TRIPLE UP YA SAMPAI END!
jadi brow semua bisa baca sampai tiga chapter dan langsung end.

Sebelum baca, vote dulu yuk!
Ramein coment di setiap paragraf yaaa!!

[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]

"Lo gila?" Nadine menatap Bryan shock.

"Masih waras kok." Jawab Bryan dengan tampang polos.

"Jangan bercanda. Gak ada lucu-lucunya tau gak!" Nadine membanting sendok di piring bekasnya makan. Seketika suasana jadi hening mencekam. Semuanya menatap Bryan dan Nadine dalam diam.

Bryan tersenyum kecut. "Gue serius, Na. Gue udah lama suka sama lo. Emang gak bisa ya lo coba buka hati?"

"Na.." Jiwa yang mau buka mulut untuk membujuk Nadine pun ditahan oleh Raga. Lelaki itu menggeleng pelan pada sang istri.

"Jangan, Ji. Kita jangan ikut campur."

Jiwa hanya mengangguk paham.

"Ada satu hal yang bikin gue ragu lo bakal tetap suka sama gue setelah tau itu." Ujar Nadine serius.

"Apa itu?" Tanya Bryan.

Jiwa dan Raga saling tatap. Mereka tahu apa yang dimaksud Nadine. Tentang rahasia masalalu yang Nadine alami.

"Jangan, Na." Tegur Jiwa.

"Gak apa-apa, Ji. Gue mau tau, apa Bryan bisa terima gue setelah dia tau itu. Dan, gue gak mau ada yang ditutupi lagi. Biar semuanya juga tau."

"Saran gue jangan." Kali ini Raga yang bersuara.

"Kenapa sih? Kok jadi tegang gini?" Kepo Ubay tingkat tinggi.

"Ada apa, Na?" Tanya Bryan tak sabaran.

"Gue bakal terima lo jadi pacar gue asal lo mau terima kalau--"

"Kalau?" Bryan menatap Nadine intens.

"--gue udah gak perawan." Lanjut Nadine.

Hal itu mampu membuat semaunya bungkam seribu bahasa. Mereka menatap Nadine dengan tatapan yang sulit diartikan. Begitu juga dengan Bryan, lelaki itu tampak sangat kaget namun sekuat tenaga ia menetralkan ekspresi nya. Namun tak untuk Jiwa dan Raga sebab keduanya sudah tahu tentang masalalu yang dialami Nadine.

"Siapa orangnya?" Tanya Bryan serius.

"Apanya?" Nadine balik bertanya.

"Yang ngambil keperawanan lo."

"Yan." Tegur Raga.

"Santai aja. Gue gak masalah kok." Ujar Nadine, berusaha tersenyum walau perih karena ia harus mengingat kejadian buruk dimasalalu nya.

"Paman gue sendiri yang udah ngelakuin itu ke gue." Lanjutnya lagi.

"Na, please stop." Kali ini Jiwa yang menegur. Tak sanggup jika Nadine harus membuka luka lamanya.

"Sialan! Paman modelan apa yang tega--" Ubay yang mau mengomel tak jadi karena dapat terguran dari Aksa.

"Karena itu juga gue takut tidur sendiri. Gue gak percaya sama cowok. Dan karena itu juga yang jadi alasan utama gue nolak lo, Yan. Gue belum siap. Gue masih trauma." Lirih Nadine yang kini sudah menunduk sedih.

JIWA DAN RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang