56. SESAL DAN SESAK

37.5K 2.2K 1.2K
                                    

Vote dan coment jangan sampai kendor ya brow!

Ramein coment di setiap paragraf yaa!!

Follow Wattpad ini ya cutfebryantari biar kamu ga ketinggalan update ttg cerita ini

>Absen dulu, kamu baca chapter ini tanggal berapa?

[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]

Raga terus memandangi foto dua orang anak kecil yang tengah memakai hoodie kembar dengan warna yang berbeda. Tampak senyum Raga mengembang saat melihat foto itu. Jempol Raga mengelus wajah anak kecil berjenis kelamin perempuan yang sedang tersenyum lebar menampakkan jejeran giginya. Tiba-tiba saja, tanpa aba-aba air mata Raga jatuh membasahi foto jadul itu. Foto yang diambil sekitar puluhan tahun lalu. Foto itu menampakkan dirinya dan Jiwa saat kecil dulu, saat dimana mereka bersahabat.

 Foto itu menampakkan dirinya dan Jiwa saat kecil dulu, saat dimana mereka bersahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ji.." Raga mencium cukup lama foto itu, tepat di wajah Jiwa.

Raga memejamkan erat-erat matanya. Tiba-tiba saja bayangan masa kecilnya bersama Jiwa puluhan tahun lalu muncul di kepalanya.

Flashback on.

Seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki menangis sesenggukan di area taman depan rumahnya. Tidak ada yang menemaninya, anak kecil itu sendirian. Duduk di ayunan yang berayun pelan.

"Hikss.. Mama.. Papa.." dia terus menangis sambil menunduk menatap bawah.

"Kamu kenapa nangis?"

Anak kecil itu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, yang pertama kali tertangkap oleh penglihatannya adalah seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan yang sebaya dengannya.

"Kata Bunda aku, kita gak boleh nangis. Nanti air laut jadi kering."

"Kamu siapa?"

"Aku Jiwa!" Serunya dengan semangat seraya menjulurkan tangannya.

"Aku gak kenal kamu. Pergi sana!!" Anak kecil yang duduk di ayunan itu berdiri dan mendorong tubuh Jiwa sampai terjatuh.

"Kamu jahat! Baru juga pindah di samping rumah aku kamu udah jadi penjahat! Aku bilangin sama Bunda. Hikss.." Jiwa menangis.

"J-jangan bilang Bunda kamu.."

"Makanya jangan jahat, hikss!"

"Aku Raga." Anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu menjulurkan tangannya.

"Gak mau! Kamu jahat! Hikss.. aku bilangin Bunda sama Ayah, kamu udah dorong aku." Jiwa menepis tangan Raga.

"Tadi kata kamu gak boleh nangis. Nanti air laut jadi kering kan?" Raga berucap membuat Jiwa langsung berhenti menangis.

JIWA DAN RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang