35. RASA SAYANG

35.3K 2.9K 1K
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca 💓

Coment di setiap paragraf yaaa💓

Yuk racunin temen-temen kamu biar baca cerita ini 💓

Follow instagram :
@cutajafbryntari
@wattpadmums
@ragapramudhitaa
@jiwabirdellaa
@aksa.laksmana
@bryan.adinata
@ubayrajana

🎵Its you -  Ali Gatie🎵

[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]

"Cari angin," ujar Jiwa sambil berusaha menetralkan napasnya serta rasa sesak di dadanya.

Jiwa berharap semoga Raga tidak menyadari kalau dirinya menangis. Tapi tampaknya Raga sudah curiga sebab lelaki itu dari tadi terus memandangi wajah Jiwa.

"Nangis?" Tanya Raga.

Jiwa menggeleng pelan, "Zanna mana?" Tanyanya berusaha mengalihkan perhatian Raga.

"Udah pulang." Jawab Raga.

Jiwa mengangguk paham. Pandangan gadis itu menatap lurus pada pemandangan sore jalanan Jakarta. Dari balkon apartemen, Jiwa bisa melihat jalanan yang ramai dipenuhi pengendara mobil dan motor. Angin sore tampak dingin menusuk hingga tulangnya. Langit pun sudah mulai menggelap siap berganti peran dengan sang malam.

"Lo nangis?" Raga bertanya lagi. Mata lelaki itu tidak berpindah pada wajah Jiwa yang memerah akibat menangis.

Walaupun Jiwa terus menggeleng namun Raga tahu bahwa gadis itu menangis. Terbukti jelas dari raut wajah Jiwa yang murung serta mata dan hidungnya yang merah.

"Liat sini," Raga menarik tangan Jiwa hingga gadis itu menghadap sempurna padanya.

"Nangis kenapa, hei?" Tanya Raga lembut.

"Siapa yang nangis?" Elak Jiwa.

"Lo gak usah bohong, Ji. Nangis kan?"

"Mau nangis mau enggak emang apa urusannya sama kamu? Emang kamu peduli? Enggak kan?" Jiwa tersenyum miris.

"Maksud lo apa sih?"

Jiwa menggeleng cepat membuat rambut panjangnya yang terikat bak ekor kuda ikut goyang ke kanan dan kiri. Jiwa membuang pandangannya menghadap kembali kearah ramainya jalanan Jakarta. Jiwa menatap kosong disana. Isi pikirannya melayang entah kemana-mana saat ini.

"Nikah muda itu gak gampang ya ternyata." Ucapnya pelan bahkan terdengar seperti berbisik.

Kening Raga berkerut mendengarnya. Raga bingung kenapa Jiwa jadi seperti ini.

"Nikah itu butuh banyak pengorbanan, Raga. Aku baru tau ternyata, nikah itu harus benar-benar siap gak cuma asal nikah aja." Jiwa menghela napas panjang.

"Nikah itu bukan cuma karena saling cinta aja. Tapi harus siap fisik, mental sama materi. Apa lagi kalau nikahnya kayak kita. Udah gak saling cinta, fisik belum siap, mental sama materi apa lagi."

"Lo kenapa sih? Jangan drama gini deh."

"Drama ya?" Gumam Jiwa.

"Bukan gitu maksud gue, tapi lo aneh tiba-tiba."

"Kamu sadar gak sih, kehidupan kita setelah nikah gimana?" Tanya Jiwa serius menatap pada Raga.

Raga terdiam sejenak. Raga mengerti jelas apa yang dimaksud Jiwa. Raga pun merasakan perubahan hidupnya setelah menikah diusia muda yang dirinya pun belum siap untuk itu. Kehidupannya berubah total setelah menikah. Tidak ada lagi fasilitas mewah yang dulu dirinya nikmati. Semuanya seakan sirna lenyap ditelan bumi. Bahkan, Raga pun tidak pernah membayangkan hidupnya akan seperti ini.

JIWA DAN RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang