34. TANCAPAN DURI

32.6K 2.9K 290
                                    

vote and coment ya brow <3

***

"luka kamu parah banget." Tangan Zanna menjalar di wajah lembam Raga. Meraba penuh kasih sayang disana.

Sementara sang empu hanya diam menerima sentuhan dari Zanna. Keduanya kini sedang duduk berdampingan di sofa ruang tamu.

"Gak terlalu parah." Kata Raga sambil membawa tangan Zanna menjauh dari wajahnya.

"Kaki kamu juga luka?" Tanya Zanna sedikit terkejut melihat kaki Raga yang terluka.

Raga tidak menjawab pertanyaan Zanna. Mata Raga tidak lepas dari Jiwa yang baru saja duduk di sofa depan Raga dan Zanna. Jiwa baru saja selesai menaruh susu hamil di dapur. Mata Jiwa dan Raga bertemu menatap satu sama lain dalam diam.

Melihat reaksi Raga membuat Zanna ikut menoleh pada apa yang dilihat lelaki itu. Zanna langsung tertuju pada Jiwa yang kini juga sedang menatapnya dengan ekspresi datar namun berusaha menampilkan senyum tipisnya. Jiwa tidak mau terlihat sedih dan sakit hati. Jiwa berusaha sekuat tenaga menampilkan senyumnya, walaupun palsu.

Setidaknya Jiwa ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak lemah dan cengeng. Walaupun kenyataannya tidak. Jiwa benar-benar ingin menangis rasanya. Jiwa ingin sekali mencakar wajah sok polos Zanna dan Jiwa ingin menjambak rambut Raga yang seakan tidak peduli padanya saat bersama Zanna dari tadi.

"Gue bawa buah nih. Bersihinnya dimana ya?" Tanya Zanna pada Jiwa.

"Disana." Jiwa menunjuk wastafel dengan dagunya.

Zanna mengangguk paham sambil memajukan bibirnya. "Mintak tolong lo bersihin boleh? Gue mau obatin Raga."

"Tapi Raga udah diobatin kemarin." Balas Jiwa dengan ekspresi datarnya menatap Zanna.

"Itu kan kemarin, hari ini belum kan?" Zanna menaikan sebelah alisnya. Seakan mengejek Jiwa bahwa ia sudah menang di pertarungan ini.

"Ngapain diobatin setiap hari? Berlebihan banget. Ingat, yang berlebihan itu gak baik." Jiwa mengaitkan kedua tangannya di depan dadanya sambil merotasi kan matanya malas.

"Raga," Zanna menoleh pada Raga yang ada disampingnya. Zanna mengadu pada Raga dengan memasang wajah sedihnya.

"Kamu ngerti kan maksud aku? Aku gak mau luka kamu makin parah. Makanya mau aku obatin lagi." Zanna berusaha mengambil hati Raga.

Ya, tampaknya berhasil karena Raga langsung menatap Jiwa cepat dengan nyalang. "Ji, Zanna tamu loh disini. Lupa lo ya? Udah lah cuma cuci buah doang kan? Toh itu emang tugas lo sebagai tuan rumah." Ucap Raga tanpa berkedip menatap Jiwa.

"Kaki aku sak—" sakit Raga. Itu yang ingin Jiwa ucapkan tapi Raga sudah lebih dulu memotongnya.

"Jangan kayak anak kecil lah, Ji. Cuci buah doang kan." Potong Raga cepat saat Jiwa ingin membuka suaranya.

Cuci buah doang katanya? Raga tampaknya tidak menyadari apa yang Jiwa rasakan dari tadi. Betis Jiwa terasa keram dan kebas karena terlalu lama berjalan ke minimarket. Jiwa membutuhkan istirahat. Jiwa ingin duduk sebentar saja. Tapi Raga bahkan tidak memperdulikannya. Jiwa terpaksa berdiri dari tempatnya dan mengambil parsel buah yang ada diatas meja. Dengan tertatih Jiwa melangkah kearah dapur. Rasanya kakinya seperti ingin patah dan tubuhnya ingin rontok.

Bayangkan saja, Jiwa sekarang sedang hamil dan dari tadi berjalan tidak berhenti. Jiwa membutuhkan istirahat. Kakinya membengkak terasa seperti kaki gajah sekarang. Namun tampaknya Raga hanya peduli pada Zanna saja dan tidak peduli padanya. Buktinya saja Raga malah memihak pada Zanna. Ya, Jiwa tahu diri juga. Zanna kan gadis yang dicintai Raga dan Jiwa? Hanya gadis malang yang dinikahi Raga karena kebodohan yang dilakukan lelaki itu.

JIWA DAN RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang