"Ini lebih bagus tau!"
"Enggak, sayang. Ini yang lebih bagus!" Seru Bryan pada sang pacar, Nadine.
"Enggak, Yan! Aku lebih suka liat yang ini. Warnanya cantik, cocok buat Baby Netta!!" Nadine memperlihatkan baju bayi warna pink pada Bryan, berharap sang pacar mau mengerti maksud seleranya.
Bryan menggeleng cepat. "No, sayang! Itu terlalu biasa. Mana warna pink segala, cari warna yang menantang! Hitam gitu!"
"Anak gue cewek, jangan lupa itu!" Raga menoyor kepala Bryan kuat. "Cocoknya pink lah,"
"Nah kan! Baba nya baby Netta aja setuju sama pilihan aku, wleee!" Nadine menjulurkan lidahnya pada Bryan.
"Lagian anak Raga sama Jiwa cewek, bukan cowok. Masa pakai baju yang warna hitam? Ini nih yang cocok! Ada gambar spiderman nya!" Ubay mengangkat tinggi-tinggi baju bayi dengan motif spiderman.
"Gak Bryan gak Ubay, sama aja." Aksa geleng-geleng kepala.
"Rugi gue ajak kalian, gak ada yang guna sumpah." Raga prustasi sendiri dengan tingkah Bryan dan Ubay.
"Udah dapat belum?" Lalu Raga bertanya pada Jiwa yang tengah lihat-lihat baju bayi.
"Mahal semua, ketempat lain aja yuk." Bisik Jiwa, getar-getir dengan harga baju bayi yang diluar nalarnya.
"Gak usah mikir harganya, sayang. Beli aja yang kamu suka. Kamu lupa suami kamu ini siapa?"
Jiwa menatap Raga ragu, kedua tangannya memilin ujung bajunya. "Tapi, Ga.."
"Gak ada tapi-tapian, Ji. Beli ya tinggal beli." Potong Raga cepat. "Kamu suka yang mana?"
"Yang pink itu lucu, Ji. Suka gak?" Tunjuk Raga pada baju bayi yang tergantung.
Jiwa mengangguk pelan. "Suka, aku juga dari tadi ngeliatin itu. Lucu banget."
"Yaudah kita beli."
Selanjutnya mereka membeli perlengkapan bayi seperti ayunan, gendongan bayi, kereta dorong bayi, mainan bayi dan tak lupa juga baju-baju bayi yang lucu-lucu.
[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam di toko perlengkapan bayi yang berada tak jauh di vila, mereka pun kembali ke vila. Tepat pukul lima sore. Kini, mereka sedang mengemasi barang-barang untuk balik lagi ke Jakarta. Ya, alasan utamanya adalah Jiwa. Ibu hamil itu terus merengek pada Raga meminta untuk segera pulang, karena Jiwa merasa gelisah dan tak aman jika berlama-lama di vila.
"Aksa." Panggil Jiwa.
Sontak semuanya yang mau masuk kedalam mobil pun berhenti dan menatap bergantian pada Jiwa dan Aksa. Mereka tahu jelas, Jiwa dan Aksa sedang tidak baik-baik saja. Keduanya terus diam sepanjang hari, seperti ada benteng besar di tengah-tengah keduanya.
"Iya, Ji?" Tanya Aksa.
"Naik mobil Bryan aja ya." Mendengar penuturan dingin dari Jiwa membuat Aksa terenyuh, ia semakin dilanda rasa bersalah.
"Lo masih gak percaya sama gue?"
"Iya." Jawab Jiwa tanpa ragu.
"Gak masalah, tapi lo harus percaya. Bukan gue orangnya." Tekan Aksa tajam sebelum akhirnya ia masuk kedalam mobil Bryan.
Karenanya, mobil Raga kini hanya ditumpangi Jiwa, Raga dan Ubay. Sedangkan mobil Bryan ditumpangi Nadine, Bryan dan Aksa.
[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA DAN RAGA
Teen Fiction❝𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐮.❞ Raga Pramudhita, dikenal sebagai ketua komplotan NAKOPRA paling dihindari dan disegani. Nakal, kejam, susah diatur dan pergaulan bebas sudah melekat padanya...