"Tolong bilang sama gue, ini mimpi!"
"Jiwa gak boleh pergi!"
"Gak boleh!"
Teriakan Raga lagi dan lagi memenuhi ruangan ICU.
"Jiwa bangun sayang.. bangun ya?" Raga memeluk tubuh kaku yang ada diatas tempat tidur itu, seraya menangis sesenggukan.
"Kamu kenapa, Raga?"
Raga sontak berhenti. Ia kenal jelas suara itu. Raga membalikkan badannya. Matanya terasa hampir copot saat melihat Jiwa sedang berdiri di ambang pintu.
"Siapa yang meninggal?" Tanya Jiwa.
"Aaaaaa Jiwa!!" Raga berlari cepat lalu memeluk tubuh Jiwa dengan sangat erat.
"Kamu kenapa nangis?" Jiwa semakin heran ketika tangis Raga pecah saat memeluknya.
"Takut, Ji.. hikss!" Raga mempererat pelukannya.
"Takut kenapa?"
"Takut kamu meninggal.."
"H-hah? Aku? Enggak tuh. Siapa bilang?"
Raga menunjuk semua orang yang ada di dalam ruangan. "Mereka semua yang bilang, hikss..." Raga mengadu seperti seorang anak kecil.
"Aku gak ngerti ih,"
"M-mereka.. hiks! Mereka bilang kamu udah meninggal.. huaaaaa hikss!" Raga menangis lagi.
"Aku masih hidup."
"K-kamu gak akan tinggalin aku kan, Ji? Enggak kan? Kamu sama Baby enggak pergi jauh dari aku kan?" Raga menatap wajah Jiwa dengan sendu.
"Enggak, Raga."
"Janji.. hiks!" Raga menyodorkan kelingkingnya.
"Iya, janji." Jiwa lalu menautkan kelingking mereka.
"Jiwa ihhhh! Gak suka! Gak sukaaaaaaa!!" Raga menyentak kakinya di lantai.
"Kenapa lagi?"
"Iiish! Aku gak mau kamu pergi pokoknya! Gak mau!" Raga memukul kepalanya dengan kuat.
"Iya aku gak pergi, Raga."
"Maaf, Ji.. hiksss.. maaf, udah jahat sama kamu semalam." Raga tak berani menatap balik pada Jiwa. Ia menunduk.
"Iya Raga, aku gak marah kok sama kamu."
"Tunggu, kalau kamu gak meninggal. Jadi, yang disana siapa?" Raga menoleh kearah belakang.
"Makasih ya suster udah mau jadi mayat pura-pura. Ini bayarannya." Nadine menyodorkan uang lima ribu kepada seorang suster yang baru saja turun dari kasur rumah sakit.
"Makasih, tapi jangan bilang atasan saya ya. Saya bisa dipecat."
"Tenang! Gak bakal bocor sama siapa-siapa kok."
Suster itu lalu pergi begitu saja.
"ANJ-- GILA!" Raga tidak bisa berkata-kata lagi.
"KALIAN!!" Raga menatap semuanya dengan tak percaya.
"KALIAN?!" Oke, Raga masih shock. Bisa-bisanya Raga ditipu.
"Apa sih lo Ga, teriak-teriak. Santai aja kali." Ujar Nadine cukup santai. Hal itu semakin membuat Raga emosi. Ingin rasanya meninju wajah Nadine sekuat mungkin.
"Apa-apaan ni?! Kalian semua ngerjain gue?"
"Ya gitulah." Sahut Ubay.
"YA GITULAH?!" Raga kehabisan kesabarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA DAN RAGA
Teen Fiction❝𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐮.❞ Raga Pramudhita, dikenal sebagai ketua komplotan NAKOPRA paling dihindari dan disegani. Nakal, kejam, susah diatur dan pergaulan bebas sudah melekat padanya...