vote yaa brow <3
Follow instagram :
@cutajafbryntari
@wattpadmums
@ragapramudhitaa
@jiwabirdellaa
@aksa.laksmana
@bryan.adinata
@ubayrajana***
Di dalam kegelapan malam. Di lorong yang sepi dan gelap, Jiwa terus melangkah maju. Jiwa berjalan pelan mengikuti langkah Raga yang ada di depannya. Perasaan Jiwa campur aduk. Antara takut dengan keadaan yang benar-benar sepi dan gelap serta bingung entah mau kemana Raga sebenarnya. Kenapa harus melewati lorong kecil ini? Apa Raga janjian dengan Zanna disini? Ditempat yang sepi dan gelap seperti ini? Pikiran itu terus muncul di otak Jiwa.
Tadi, setelah mengikuti Raga menggunakan taxi, akhirnya Raga berhenti di lorong kecil yang gelap dan sepi. Raga tampak tergesa-gesa dengan langkahnya. Sesekali lelaki yang menggunakan baju warna abu-abu itu melirik kanan dan kiri seperti takut jika ada orang yang melihatnya.
Langkah Jiwa tiba-tiba berhenti saat kehilangan jejak Raga. Begitu cepat lelaki itu berjalan sampai tidak kelihatan lagi jejaknya. Dan kini tinggal Jiwa sendiri di lorong jalan yang gelap dan sepi. Jiwa melirik kanan dan kiri. Takut seketika melandanya. Jantungnya berdetak kencang. Napasnya ikut menggebu-gebu. Harus kemana Jiwa sekarang? Ada dua lorong di depannya. Apa Jiwa harus ke kiri atau ke kanan? Jiwa benar-benar bingung. Kemana Raga melangkah tadi?
"Tadi Raga ke kanan apa kiri ya?" Gumam Jiwa dengan suara yang bergetar.
Saat ini Jiwa tidak bisa melihat apapun dengan jelas. Gelap. Hanya remang-remang lampu jalanan yang menerangi. Suasana pun terasa mencekram. Sunyi terus melanda. Jiwa memegangi jantungnya yang seakan berdegup lebih kencang.
Setelah menimbang cukup lama, akhirnya Jiwa memilih melangkahkan kakinya ke lorong sebelah kiri. Jiwa rasa tadi Raga kesitu walaupun Jiwa tidak melihatnya langsung. Jiwa hanya menggunakan instingnya. Dan semoga saja benar.
"Raga.." lirih Jiwa saat tidak menemukan sosok lelaki jangkung itu. Jiwa semakin gelisah saat tidak melihat seorang pun disekitarnya. Hanya ada dirinya dan suara jangkrik serta hembusan angin yang seakan menemaninya di lorong kecil dan sepi. Bahkan, suasananya semakin mencekam bagaikan di film horor.
Jiwa merinding bukan main. Bulu kuduknya meremang. Bulu-bulu ditangannya juga ikut berdiri. Jiwa melirik perlahan kearah kanan. Bola mata Jiwa membola penuh saat melihat puluhan batu nisan disana. Itu kuburan. Tepat di sebelah kanan Jiwa ada kuburan dengan puluhan batu nisan.
Jiwa memejamkan matanya erat. Kakinya terasa lemas. Keringat dingin di sekujur tubuhnya bercucuran. "Raga.. aku takut," lirihnya dengan bibir bergetar.
"Hei cantik,"
Jiwa menoleh cepat saat seorang pria bertubuh besar dan agak pendek itu menyapa. Pria itu tidak sendirian, dia bersama dua temannya. Mereka memakai jaket denim warna hitam. Ada kalung rantai di lehernya. Tato penuh di sekujur tangan mereka. Dan salah satu dari mereka memakai tindik di hidung. Tampak sangat mengerikan seperti seorang preman.
"M-maaf." Jiwa menjauhkan diri saat salah satu dari pria itu mencoba mendekat. Bahkan dengan kurang ajarnya dia menyentuh pipi mulus Jiwa dengan tangan besar dan kasarnya.
"Jangan dekat-dekat!" Jiwa memberontak saat seorang pria itu memegang paksa pergelangan tangannya.
Pria itu menatap Jiwa remeh. Dia tersinggung karena Jiwa menolaknya. "Sok jual mahal lo!"
"Temenin kita-kita main mau?" Pria yang satunya lagi melangkah mendekati Jiwa dan mencoba menarik Jiwa kedalam dekapannya. Sekuat tenaga Jiwa memberontak dan melawan dengan cara memukul lengan kekarnya tapi nihil, itu semua tidak berarti baginya. Kekuatan Jiwa bukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA DAN RAGA
Teen Fiction❝𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐮.❞ Raga Pramudhita, dikenal sebagai ketua komplotan NAKOPRA paling dihindari dan disegani. Nakal, kejam, susah diatur dan pergaulan bebas sudah melekat padanya...