Vote dulu yuk! Coment di setiap paragraf yaa! Mums tau kalian paham gimana caranya menghargai tulisan seseorang♡
[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]
Raga hanya diam menatap Fika. Ekspresi nya datar sedangkan Fika masih setia tersenyum manis di depannya.
Tanpa menoleh sedikitpun pada Fika, Raga meronggoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Raga lalu mengotak-atik ponselnya hal itu membuat Fika senang, karena ia pikir Raga pasti akan menyimpan nomornya.
"Bentar," Raga menyipitkan matanya, menatap Fika intens.
"Iya tuan?"
"Kalau gue butuh bantuan apapun lo bakal bantu?"
"Pastinya tuan."
"Apapun? Sekalipun itu bukan masalah kantor?"
"Oh dengan senang hati, Tuan. Saya akan selalu ada buat tuan." Tangan Fika merambat ingin menyentuh tangan Raga yang ada diatas meja, tapi dengan cepat Raga menjauhkan tangannya.
Ponsel Raga berdering, menunggu seseorang dari sebrang sana mengangkat video call yang dilakukan Raga.
"Hai, kenapa? Baru beberapa jam loh. Udah kangen aja."
Fika mengerutkan keningnya. Telinganya berusaha keras untuk menjangkau suara perempuan yang menyapa Raga itu.
"Hallo sayangnya aku." Raga melambaikan tangannya kearah ponselnya. Menyapa Jiwa dari sana.
"S-sayang?" Fika membuka lebar-lebar mulutnya.
"Kamu ada kepengen apa, sayang?"
"Ih kenapa tiba-tiba?"
"Iya sayangnya aku lagi kepengen apa? Makanan gitu? Minuman? Atau lagi mau barang apa, sayang?" Ujar Raga dengan lembut dan penuh kasih sayang. Hal itu membuat Fika tertegun ditempatnya. Semakin bingung.
"Hmm.. apa yaaa?"
Raga terkekeh pelan, "iya apa sayang? Ini lagi ada orang yang mau bantu cariin apa yang kamu mau." Raga melirik Fika dengan malas. Yang dilirik semakin bingung, sampai-sampai mulutnya terasa kering karena terus menganga lebar.
"Loh siapa, sayang? Baik banget dia."
"Asisten aku. Katanya siap bantu apa aja, maupun diluar urusan kantor. Baik kan dia? Gak nyangka aku ada orang yang sukarela gitu." Raga menutup mulutnya, menahan tawanya karena melihat reaksi Fika yang tak menyangka menatapnya. Fika menahan malu sekarang.
"Ih baik banget! Mau liat orangnya dong yang mana, mau bilang terimakasih."
Raga lalu mengarahkan ponselnya kepada Fika.
"Istri gue mau kenalan."
"A-ah? I-is..is-tri? Bentar tuan.. istri?" Fika goyah, sampai memegang pinggir meja saking terkejutnya. Apa lagi saat melihat Jiwa yang sedang hamil dari layar ponsel Raga. Tambah membuat Fika pusing dibuatnya.
"Iya istri, gak ngerti bahasa Indonesia? Oh, kalau bahasa Inggrisnya wife." Jawab Raga sangat santai. Senang bukan main saat berhasil membuat Fika mati kutu.
"Oh namanya Fika ya? Asisten suami saya? Hai Fika! Salam kenal, saya Jiwa. Istrinya Raga." Sapa Jiwa dari sebrang video call di ponsel Raga.
"O-oh..hai, Jiwa." Fika memaksa senyumnya seraya melambai kaku.
"Nyonya." Tegur Raga.
"Kenapa tuan?" Tanya Fika.
"Nyonya Jiwa. Yang sopan dikit sama istri atasan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA DAN RAGA
Teen Fiction❝𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐮.❞ Raga Pramudhita, dikenal sebagai ketua komplotan NAKOPRA paling dihindari dan disegani. Nakal, kejam, susah diatur dan pergaulan bebas sudah melekat padanya...