Vote and coment jgn lupa ya brow 💗
Follow Wattpad ini ya : cutfebryantari biar kamu gak ketinggalan update cerita ini!
Absen dulu sini, jam berapa kamu baca chapter ini? >
[ 𝔧𝔦𝔴𝔞 𝔡𝔞𝔫 𝔯𝔞𝔤𝔞 ]"Ji kaget loh waktu liat Raga nangis-nangis sambil teriak gitu. Ji pikir siapa yang meninggal." Jiwa tertawa pelan saat mengingat bagaimana wajah Raga yang tampak sangat prustasi saat di rumah sakit kemarin.
"Terus gimana lagi? Ternyata yang meninggal suster?" Tanya Riana yang sama seperti Jiwa, menertawakan Raga.
"Bukan meninggal, Ma. Tapi pura-pura meninggal. Suster itu dibayar sama Nadine. Lima ribu pula!" Kali ini, Jiwa benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Ia tertawa lepas seraya memegang perut besarnya.
"Lucu?" Raga yang ada disamping Jiwa pun melirik istrinya itu sedikit kesal.
"Banget tau! Hahahaha! Apa lagi waktu liat muka kamu yang kaget banget waktu liat aku datang."
"Jiwa ihhh! Gak lucu sumpah." Raga malu bercampur kesal. Benar-benar hal yang begitu suram, Raga tak mau mengingatnya lagi.
"Terus Jafar sama Jinan juga ikutan?" Baron bertanya.
"Aku ikutan aja, dibujuk Ubay. Katanya mau kasih pelajaran buat Raga biar gak seenaknya sama Jiwa." Jawab Jafar juga ikut terkekeh geli.
Kini, orang tua Raga tengah berada di rumah orang tua Jiwa. Mereka semua tengah berbincang santai serta menyantap makanan diatas meja.
"Aku mau karena dibayar lima ribu sama Nadine. Ya lumayan buat beli cendol." Jinan ikut menimbrung.
"Bunda beneran fanatik cendol ya!" Jiwa geleng-geleng kepala melihat tingkah ibunya itu.
"Cendol itu enak, Ji."
"Raga beneran hancur banget kemarin. Gak kebayang gimana kalau beneran Jiwa pergi, bawa Baby pula. Udahlah, gak bisa hidup lagi Raga. Mau bunuh diri rasanya." Raga berucap agak pelan, hal itu membuat Jiwa yang duduk disampingnya menoleh padanya dengan rasa tak enak hati.
"Kamu gak marah kan sama aku?" Tanyanya dengan pelan.
"Ya enggak lah, Ji. Kamu juga gak tau apa-apa. Aku kesel sama Nadine tuh! Gila bener ide dia!"
"Nadine memang kayak gitu, Ga."
"Tapi berhasil kan? Raga sekarang udah sadar salahnya dimana dan udah nyesal. Bunda puas jadinya." Jinan berucap.
"Iya Bun, Raga benar-benar nyesal. Gak mau lagi kasar sama Jiwa. Gak mau lagi jauh sama Jiwa. Pokoknya gak mau!"
Jinan, Jafar, Riana dan Baron terkekeh pelan melihat reaksi Raga yang seakan takut kehilangan Jiwa.
"Bunda, ada air dingin di kulkas?" Tanya Jiwa pada Jinan.
"Ada, Ji."
"Eh mau kemana?" Raga menahan tangan Jiwa yang berniat pergi.
"Mau ke dapur, ambil air dingin."
"Gak pergi jauh kan?" Raga tampak khawatir.
"Enggak, Ga. Tuh, cuma ke dapur doang."
"Yaudah cepat ya, jangan lama-lama. Nanti kalau ada apa-apa panggil nama aku aja."
Jiwa tersenyum tipis mendengarnya. Raga benar-benar sangat khawatir dan posesif dengannya setelah kejadian prank dirumah sakit. Raga takut kehilangan Jiwa. Raga benar-benar menjaga Jiwa dengan baik, tak mau Jiwa jauh darinya. Raga juga berjanji tak akan bersikap kasar lagi pada Jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA DAN RAGA
Roman pour Adolescents❝𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐮.❞ Raga Pramudhita, dikenal sebagai ketua komplotan NAKOPRA paling dihindari dan disegani. Nakal, kejam, susah diatur dan pergaulan bebas sudah melekat padanya...