Perasaan itu ajaib karena tak bisa berbohong.
.
"Mau pesan apa?"
Rara menunduk memandang kertas papan menu sambil menyelipkan rambut pendeknya ke belakang telinga. Di belakangnya ada Dhanu yang baru saja bertanya sambil memerhatikan ekspresi serius Rara dari samping. Hari ini mereka baru saja keluar dari gedung bioskop sehabis menonton film, hal lumrah yang biasa dilakukan saat pacaran. Tetapi, karena ini merupakan kali pertama, rasanya begitu berdebar meski mereka sering mengobrol seperti biasa.
Saat ini mereka sedang di sebuah gerai minuman yang cukup terkenal, kebetulan suasananya tak begitu ramai pembeli. Jadi, mereka bisa leluasa memilih-milih menu yang akan dipesan telebih dahulu.
"Satu mango tea pakai topping puding ukuran large, terus... Mas, mau apa?"
Tepat Dhanu masih setia memandanginya, Rara mendongak. Ada jeda untuk mereka sejenak saling pandang, sukses membuat Rara kikuk sendiri.
"Hazelnut milk tea pakai topping bubble ukuran large satu," jawab Dhanu seraya cepat-cepat mengalihkan pandangnya dari Rara yang tampak berdiri kaku sebelum kembali fokus pada pelayan kasir di depannya.
Tampak pelayan kasir itu mengulas senyum pada mereka sebelum memasukkan data pesanan ke dalam monitor. "Baik. Atas nama siapa?"
"Rara," ujar Dhanu cepat sebelum Rara membuka mulutnya.
Kontan saja cewek itu menoleh. "Kok saya?" tanya Rara heran.
"Biar nggak ribet," alibi Dhanu.
Pelayan kasir wanita itu tersenyum lagi sambil mengangguk, kemudian menyebutkan total nominal yang harus dibayar. Saat itu Dhanu dan Rara serempak merogoh saku dan tas ransel untuk mengambil dompet, sampai akhirnya Dhanu yang berhasil membayar. Membuat Rara langsung menoleh ke arah laki-laki itu dengan sebal.
"Kok kamu yang bayar?!" seru Rara dengan nada tak terima.
"Lagi gajian," jawab Dhanu singkat.
"Tadi juga tiket nonton kamu yang bayar. Gantian dong!"
"Dibilangin lagi gajian."
"Apa hubungannya lagi gajian sama bayarin mulu? Yang namanya kalau jalan bareng tuh 'kan harus saling bareng-bareng."
"Sekali-kali nggak apa-apa, Raya."
"Duh, nggak bisa gitu dong, Mas."
Pun selama mereka berjalan dan mencari tempat duduk sambil menunggu pesanan, Rara terus saja melancarkan protesnya pada Dhanu yang saat itu fokus sejenak dengan ponselnya. Sampai akhirnya, Dhanu bosan juga kalau Rara protes terus.
Jadi, begitu mereka duduk saling berhadapan Dhanu langsung membalasnya. "Kita juga tadi beli roti, tapi yang bayar kamu semua."
Seketika Rara kehabisan kata, lalu melirik sebungkus plastik besar berisi banyak roti yang kini teronggok di atas meja. Kemudian ia menyengir sambil mengeluarkan sebungkus kue dari dalam sana. "Soalnya saya yang kalap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...