Ibaratnya dua korek api yang saling menyambar api, emosi yang tak dipikir dengan jernih juga akan berakibat penuh penyesalan.
.
"Win, maafin gue. Ini salah gue. Seharusnya gue yang tegas ke dia."
Dinda berbicara sambil menutup wajahnya lantaran ingin menangis. Johnny yang berada di sampingnya segera memeluk pacarnya, sedangkan Wildan dan Dhanu terdiam mematung mendengar penuturan gadis itu.
"Gue nggak tahu kalau orang yang daritadi gangguin gue sama Rara di area penonton itu Arlen. Arlen dari awal terus nyenggol gue, bikin gue risih dan selalu narik Rara ngejauh. Tapi Arlen terus ngikutin kita, sampai akhirnya Rara yang tukar posisi sama gue dan malah berakhir kayak gini."
Wildan diam, lalu menatap Arlen yang berada di sudut penonton dari kejauhan dengan tajam. Ia tidak dapat berkata-kata lagi.
Iya, akhirnya Wildan dan Dhanu tadi langsung berlari ke arah stasiun radio dan mendapati kerumunan orang-orang. Wildan berharap sekali semoga korbannya kali ini bukan orang yang ia kenal. Ia sudah merapalkannya berkali-kali ke semua teman ceweknya untuk tidak berurusan dengan Arlen sialan itu.
Tapi ia langsung membelalakkan matanya saat melihat sosok Rara yang berdiri berada diantara Khalif, Joy dan Tama. Dhanu juga seketika berdiri mematung di depan Rara yang masih menunduk. Sementara, Wildan berusaha tenang menghampiri Rara yang masih menutup wajahnya.
"Ra?"
Segera Rara menoleh ke arah Wildan, kali ini tatapannya berbeda. Manik mata gadis itu mulai sedikit berkaca-kaca saat melihat Wildan. Tubuhnya bahkan sedikit gemetar walau tak terlalu kentara.
"Kenapa lo ke sini?" tanya Rara.
"Jadi cowok itu berurusan sama lo?"
Rara tak menjawab dan memilih menelan ludahnya.
Padahal tepat setelah Rara meninggalkan area penonton, gadis itu mendapati Khalif yang kebetulan berpapasan dengannya dan melihat kejadian seluruhnya.
"Mas Khalif, please jangan bilangin ini ke Wildan. Saya nggak apa-apa kok," mohon Rara waktu itu.
Tapi, akhirnya tetap begini.
"Lo kenapa nggak ngehindar, Ra?" tanya Wildan. "Kenapa lo harus ngehadapin dia?"
"Gue nggak bisa diam aja," balas Rara cepat. "Niat gue cuma mau ngejauhin Kak Dinda dari orang sinting yang ternyata dia...."
"Win, udah," tahan Khalif kala melihat Wildan hendak mengajukan pertanyaan lagi.
"Lo nggak bisa kayak gini," sahut Tama.
"Terus kenapa lo nggak pura-pura nggak lihat aja? Kenapa?" cecar Wildan.
Sekarang Rara ternganga tak percaya. Pun secara otomatis pikirannya mulai melayang, membayangkan reka ulang kejadian dulu. Ia pernah melihat tatapan Ghea setelah mendorongnya dari tangga, ia pernah melihat tatapan Haris saat ia sudah jatuh tersungkur tanpa berbuat apa-apa dan malah melengos pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...