[51] Batas Tepi Pukul Tiga Pagi

6.7K 1.1K 310
                                    

Dunia memang begitu lucu kalau kita yang mengalaminya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia memang begitu lucu kalau kita yang mengalaminya sendiri.

.

Sebenarnya kalau dipikir matang-matang, Dhanu juga sadar betul kalau ajakannya pada Rara teramat bego. Habisnya, mereka itu 'kan memang sebenarnya bukan teman yang benar-benar dekat. Lalu, laki-laki itu dengan entengnya mengajak Rara pacaran, seolah seperti sedang mengajak jajan bakso. Wajar saja gadis itu sebegitu syoknya sampai sakit batuknya tak reda-reda, lantaran tersedak minuman tepat setelah Dhanu mengatakan ajakan spontanitasnya.

Alasan logis lainnya, selain mereka tidak benar-benar berteman, mereka juga baru mengenal beberapa bulan belakangan. Baik Dhanu maupun Rara tidak mengetahui hal-hal remeh yang melekat tentang masing-masing. Pun yang paling penting, bahkan Dhanu benar-benar tidak terpikirkan untuk melakukan pendekatan untuk mengenal lebih dalam secara resmi pada Rara. Ia cuma pergi beberapa kali bersama Rara, itupun namanya bukan pendekatan.

Sebenarnya kecuali saat mereka menghadiri acara musik Jazz di Puncak. Kalau itu, memang sengaja Dhanu lakukan sekalian sebagai hadiah atas kelulusan mereka, tapi ia tak mengatakannya pada Rara.

Dhanu juga tidak akan lupa bagaimana reaksi terkejut Rara yang bahkan sampai melantur bodoh saat pembicaraan serius mereka. Tentang penawaran percobaan seminggu pertama, dipikir laki-laki itu sedang menawarkan produk akun aplikasi premium?

Tapi pernyataan Rara setelah dirasa gadis itu mulai berpikir jernih, sukses membuat Dhanu mati kutu.

"Oke. Tapi, please kasih saya alasan kenapa saya harus terima ajakan kamu. Masa trial tetap berlaku, saya nggak mau kamu aneh-aneh. Mana tahu kamu diajak taruhan sama orang atau lagi mainan Truth or Dare."

"Su'udzon banget?! Kamu kemakan cerita novel apa gimana?" Dhanu mengernyit tak habis pikir.

"Lagian Mas kalau ngomong bikin orang jantungan!" balas Rara tak mau kalah. "Kalau Mas Dhanu ngaku gila, saya baru percaya! Tapi saya lebih percaya lagi, kalau apa yang kamu bilang tadi ternyata cuma bercanda. Jadi saya bisa langsung timpuk Mas pakai buku skripsi saya!"

Nah, kalau gitu mungkin memang Dhanu lebih pantas dibilang gila.

Meski begitu, setidaknya Dhanu tidak lupa bagaimana wajah merah padam Rara selama berseru dengan nada galak. Tumben-tumbenan juga Rara bersikap lebih galak dan defensif dari biasanya. Mungkin gadis itu juga sedang berusaha melindungi dirinya sendiri dari hal-hal yang ingin ia hindari. Dhanu memaklumi hal itu, jelas saja semuanya terlalu tiba-tiba. Jika ia menjadi Rara dengan segala hal yang pernah gadis itu alami, mungkin laki-laki itu akan bersikap dengan cara yang sama.

Dhanu sendiri sudah terlalu sering melihat banyak sisi yang Rara miliki baik sengaja ataupun tidak. Sisi-sisi yang tak tampak dari kejauhan, tetapi jika didekati baru disadari ada banyak goresan kecil yang tak terlihat dan terasa nyeri saat disentuh. Sisi gadis itu yang Dhanu pikir tidak bisa dilihat oleh semua orang, namun bisa dilihat dengan jelas oleh mata kepalanya sendiri.

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang