Selalu ada makna, apapun yang terjadi.
.
Pernah mikir salah jurusan nggak?
Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Rara ketika keluar dari ruang laboratorium komputer. Gila sih, ini sudah memasuki tahun ketiga enam bulan menjelang keempat di bangku perkuliahan, tapi otak Rara belum tokcer juga mengenai pengetahuan apa saja di jurusan yang ia ambil. Mungkin waktu awal masuk kuliah Rara sempat mengigau memilih jurusan Ilmu Komputer.
Lupakan dulu soal itu, hari ini Rara harus menyiapkan tugasnya dan besok harus mendapatkan data untuk keperluan tugasnya minggu depan. Otaknya tidak boleh kusut dulu setidaknya sampai ia bersiap pulang nanti.
Sabar, Rara, pas lulus kuliah nyari kerjanya yang disuruh keliling dunia aja, ya.
"Menurut pandangan gue sendiri, kita harus belajar buat mencintai diri kita sendiri sebelum kita bisa menerima cinta dari orang lain."
Baru saja Rara duduk di sisi ujung koridor sambil menenteng sebuah buku praktikum, Rara mendengar suara seseorang dari radio. Oh, ada siaran radio rupanya, batinnya. Rara jarang mendengarkan siaran radio kampus kecuali saat Johnny atau Jeff yang sedang kebagian jadwal menjadi penyiar, makanya ia tidak terlalu familiar dengan suara penyiarnya saat ini.
"Kalau semisal nggak gitu, bakal ada kemungkinan kita ragu dengan cinta tulus orang lain dan itu nggak bagus. Benar nggak? Kalau kita sudah mencintai diri kita sendiri, maka kita akan belajar untuk mengapresiasi cinta orang lain terhadap kita."
"Wah, bijak banget nih pendapatnya Kak Dhanu."
Oh, ternyata Jeff juga siaran, batin Rara lagi saat mendengar suara lain yang ia kenali di siaran radio kampus.
Ketika Rara hendak ingin menyimak kembali siaran radionya, mode getar pada ponsel miliknya langsung menginterupsi. Membuat Rara dengan sabar merogoh saku bajunya dan mengecek, ada telepon masuk dengan label 'Johnny'. Oh, kakak tingkat yang ia kenal.
"Halo, Kak. Kenapa?"
"Udah kelar praktikum belum? Makan yuk!"
"Mbak pacarnya mana ya?"
"Dinda baru masuk kelas dan udah makan, terus bentar lagi Jeff kelar siaran. Lo belum makan 'kan? Ayo makan bareng kita. Jangan nggak makan di kampus, ini udah sore dan lo baru kelar praktikum. Makan dulu sebelum pulang."
"Perhatian amat nih si Bapak," balas Rara.
"Lo nggak jawab ajakan gue, gue anggep iya ya, Ra. Lagi duduk di ujung koridor lantai dua 'kan? Gue ke sana sekarang ya. See you!" sahut Johnny sebelum memutuskan telepon secara sepihak. Sudah biasa laki-laki itu lakukan kalau Rara tidak menyahuti ajakannya.
"Sebelum kita pamitan nih, ada satu lagu buat ingetin kalian untuk mencintai diri kalian sendiri. Ada Coldplay dengan 'A Sky Full of Stars' yang akan menemani kalian habis ini. Ingat ya, selalu cintai diri kalian sendiri apapun kondisi kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
Художественная проза[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...