[17] Refleksi (1)

8.9K 1.4K 55
                                    

Semua yang namanya berlebihan memang nggak terlalu baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua yang namanya berlebihan memang nggak terlalu baik.

.

Rara jarang bercermin untuk iseng belaka.

Ia tak pernah memandang lama-lama pantulan dirinya sendiri di cermin lemari pakaiannya lantaran ia merasa tidak terlalu menarik untuk dipandang. Pernah ia dalam sehari sering sekali bolak-balik ke arah cermin untuk menatap pantulan dirinya sendiri. Menatap lekat bola matanya yang cokelat kelam nyaris hitam, atau lubang hidungnya yang kotor, atau juga wajahnya yang kusam lantaran jarang merawat diri. Menghasilkan ia il-feel dengan dirinya sendiri dan memutuskan untuk bercermin ketika sedang butuh saja—seperti ingin merias wajah sebelum pergi atau mencocokkan pakaian baru.

Ah, Rara bukannya tidak mencintai dirinya sendiri tetapi Rara lebih memilih sadar diri bahwa ia adalah pemalas.

Halah, memang dasarnya Rara saja yang terlalu rendah diri.

Namun, ketika ia bangun tidur kali ini hal yang ia lakukan tepat setelah sembahyang subuh adalah menatap cermin. Kali ini cewek itu tidak menatap lekat mukanya sendiri, tatapannya lurus nyaris seperti kosong. Pikirannya jelas sekali tidak sedang berada di tempatnya sekarang.

"Bisa nggak, ya?" gumamnya pelan.

Ah, ketika gadis itu selesai menggumam rasanya tangan Rara agak gemetar. Selalu begitu.

"Kamu jangan overthinking, Nara."

Itu adalah celetukan Naresh yang tiba-tiba saat Rara sedang duduk di sampingnya sambil meneguk gelas berisi air putih. Pagi ini mereka sedang duduk menikmati akhir pekan dengan menonton serial kartun di teve, dengan Naresh yang terus berisik lantaran mengunyah camilan kuping gajah. Sementara Rara, sudah menghabiskan beberapa botol air minum dan sebotol berukuran satu liter tergeletak kosong. Jelas kerjaan Rara sejak tadi hanya minum terus.

"Kamu nggak beser apa minum terus?" celetuk Naresh lagi ketika teve sedang iklan. "Mau maju sempro segugup ini ya? Masih hari senin kok."

"Dari hari Sabtu ke Senin tuh berapa hari aku tanya?" balas Rara galak setelah menelan tetes terakhir.

"Tapi 'kan otak kamu bisa istirahat dulu, Dek," sahut Naresh. "Sempro nggak semenyeramkan itu kok. Dulu Mas bisa ngelaluin semua sidang dengan baik, Mas bahkan perasaannya nggak gugup sama sekali."

Penyakit manusia tanpa sadar; selalu membandingan dirinya dengan manusia lain yang jelas berbeda dalam segala aspek. Rara paham itu, jelas. Ia tidak boleh memasukkan kata-kata kakaknya ke dalam hati atau ia malah makin sering membandingkan dirinya sendiri. Cukup ia dengar saja, jadi ia hanya membalas dengan, "Hmm."

"Kayaknya Mas lebih senang lihat kamu makan kue deh ketimbang minum air begitu," ungkap Naresh lagi. "Kamu udah ngelakuin dengan baik, udah berusaha, hasil nanti aja dipikirinnya."

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang