Manusia itu punya banyak sisi, tergantung kepada siapa sisi itu tampak.
.
Serius, ini kali pertamanya Rara emosinya memuncak pada dua sobat mengesalkannya. Setelah Rara dibuat kesal oleh Wildan sepanjang sore ini, pertemuan cowok itu dengan Jeff malah membuat rusuh masjid dengan seruan milik dua orang gila ini. Abaikan para cewek-cewek yang sudah mulai bisik-bisik tetangga karena kerusuhan ini, sukses bikin Rara makin malu rasanya. Bahkan waktu itu, Dhanu yang bersama Jeff sejak awal sudah tidak peduli dengan tingkah kedua temannya dan malah bergegas masuk ke masjid setelah melepas sepatunya tanpa suara.
"Ngapain lo di sini, Jeff? Tobat lo ngikutin Bang Dhanu mentang-mentang baru garap skripsi ya?" sapa Wildan langsung.
"Sembarangan nih anak ayam! Mau sholat beneran lah, dari dulu juga udah tobat kali, akhi!" balas Jeff tak mau kalah.
Sekarang, Jeff dan Wildan sedang sibuk rebutan batagor yang seharusnya milik Rara dari hasil traktiran Johnny. Saat ini mereka—oh jangan lupakan ada Dhanu—sedang berkumpul di gedung siaran radio sesuai ajakan Jeff tadi di masjid.
"Ish, kalian mah! Gue masa makan bungkusnya doang sih?!" Akhirnya Rara bisa berteriak sebal saat mendapati batagornya bersisa dua potong dengan bumbunya sudah dikuras habis. "Beliin lagi nggak! Itu 'kan jatah gue, Jeff, Win!!"
"Males keluar, Ra," dalih Wildan.
"Beli sendiri atuh, Neng. Bisa jalan 'kan ke depan?" tanya Jeff tanpa dosa.
Setelah itu, tepat botol air mineral kosong berukuran kecil mendarat mulus di kening Wildan dan Jeff hasil bidikan Rara. Rupanya kesabaran Rara sudah habis. "Beliin sana! Lo pada yang ngabisin, masa gue yang jalan sendiri beli! Nggak tahu diri amat!"
"Iya! Iya!"
"Galak banget nih cewek!"
Bagus. Wildan dan Jeff kompakan bersungut setelah dilempari botol air mineral kosong oleh Rara dan berjalan keluar tanpa protes sedikitpun. Masa bodoh, yang benar saja masa Rara harus menerima sisa dua potong batagor itu begitu saja?!
"Rara."
Segera Rara menoleh ke arah Johnny yang sekarang memanggilnya. "Kenapa Kak?"
Johnny menunjuk ke depan dengan dagunya, membuat Rara menoleh ke arah yang dimaksud. Matanya membelalak sebentar saat menyadari bahwa di hadapannya saat ini ada Dhanu yang sekarang sedang asyik menyantap keripik kentang sambil memandanginya.
"Belum kenalan langsung 'kan kalian. Nah, jadi kenalan dulu sekarang. Rara udah kenal Dhanu sih. Dhan, kenalin ini Nararya, seangkatan sama kita jurusan teknik informatika tapi beda setahun sama lo."
Dhanu—dengan tampang datarnya—mengulurkan tangan ke arah Rara yang sekarang menatap cowok itu aneh. "Gue Dhanu."
Sok-sokan pake gue-lo, kemarin-kemarin panggilnya formal banget, batin Rara. Lalu demi kesopanan, Rara menjabat tangan Dhanu sambil tersenyum kaku. "Gue Rara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...