Tanpa penyataan kontan, rasa-rasanya hidup itu seperti berandai dan menerka-nerka.
.
Rara tidak mau tahu.
Juga tidak mau ingat dengan segala kelakuan ajaib Dhanu.
Kalau penasaran, Dhanu berada di rumah Rara sepanjang siang sampai sore. Padahal tidak melakukan apa-apa, hanya bermain dengan ponselnya, sesekali mendelik penasaran pada Rara—memastikan gadis itu baik-baik saja dengan kemungkinan takut ia tiba-tiba pingsan, lalu sesekali bergabung mengobrol dengan Naresh dan Wanda—mungkin mereka mengutuk kehadiran Dhanu yang seperti obat nyamuk, atau bergabung mengobrol bersama Raihan dan Haikal saat mereka mampir menengok Rara.
Sementara Rara, tidak usah ditanya. Mendadak ia menjadi lebih sehat, padahal sepanjang pagi menjelang siang sakit kepala bukan main sampai tak bisa bangun dari posisi berbaringnya. Kehadiran Dhanu secara tiba-tiba menjadi penyebabnya, namun bukan karena ia merasa senang, yang ada malah merasa semakin terbebani.
"Istirahat sana." Dhanu menyuruh begitu ketika ia memasang sepatu putihnya, hendak bersiap pamit. Orangtua Rara tidak kunjung pulang, padahal ibunya Rara sempat berpesan pada Dhanu untuk tidak pulang sampai beliau datang. Kalau begitu, yang ada Dhanu akan menginap lagi di rumah Haikal, jadi diputuskan untuk bertemu lain waktu saja.
"Udah tahu," balas Rara singkat waktu itu.
"Minum obatnya jangan telat."
"Iya."
"Jangan begadang dulu."
"Tahu."
"Langsung tidur."
"Ya."
"Nggak usah pegang hape dulu."
"Hm."
"Kamu dengerin saya bilang nggak?"
Di saat itu Dhanu yang sudah bangkit dari duduk dan berjalan keluar pagar, tahu-tahu berbalik. Sukses membuat Rara yang sejak tadi membuntutinya terperanjat kaget.
"Dengar kok!" gerutu Rara sambil mengelus dada.
"Udah kelar 'kan PPT kamu?" tanya Dhanu dengan nada mengintimasi, membuat Rara refleks mengkeret.
"Udah!" seru Rara tak sabar. "Mas sekarang mau jadi dosen pembimbing saya, hah?"
Dhanu hanya mengangkat bahu. "Bisa jadi," ujarnya ringan. "Pokoknya, istirahat, minum obat, langsung tidur. Kamu mau maju sidang terakhir."
"Iya." Entah sudah berapa kali Rara menjawab begini sampai bosan.
Dhanu mendelik ke arah Rara. "Kamu nggak mau 'kan ambruk di sidang terakhir besok? Sia-sia kamu nangisin skripsi terus besoknya pingsan."
"Nggak maulah!" sahut Rara berapi-api.
"Ya udah," ujar Dhanu rendah akhirnya. Kemudian ia refleks memegangi kening Rara sebentar, yang lagi-lagi membuat gadis itu terkejut bukan main hingga nyaris terhuyung dari posisi berdirinya. "Udah mendingan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...