Kalau kamu siap menyebur, kamu harus terima resiko tenggelam.
.
"Hidup emang bisa ngikutin kata hati, ngikutin kemauan orang lain, asalkan punya tujuan. Terus gimana dengan orang yang tujuan aja nggak jelas?"
"Kalau kamu sendiri, kamu masuk yang mana?"
"Yang terakhir."
Itu adalah sepotong percakapan acak yang Dhanu ingat ketika ia dan Rara sedang sibuk membicarakan mengenai passion di perpustakaan pusat kampus tempo lalu. Meski reaksi jawaban Rara waktu itu diiringi kikikan ringan—dan jadi terdengar seolah bercanda, tapi Dhanu merasa Rara memang mengatakannya secara jujur tanpa ditutup-tutupi. Pun sukses membuat lelaki itu penasaran dengan alasan dibalik jawabannya.
"Makan yang bener, Dhan. Diaduk-aduk mulu makanannya, itu bukan semen ya."
Kontan Dhanu melirik ke arah Andra yang sekarang menatapnya sambil menggelengkan kepalanya. Saat ini mereka sedang makan malam berdua, lantaran Ayah dan Bunda sedang pergi ke Bandung untuk menengok kerabat. Mungkin mereka baru pulang besok pagi.
"Mending Abang fokus makan yang banyak aja. Badan udah kurus begitu kebanyakan kerja, mana jomblo lagi," kata Dhanu sambil melahap sendok penuh nasi.
"Ngaca ya, malah kurusan kamu ketimbang Abang," balas Andra tak mau kalah. "Kayaknya kamu mending luangin waktu buat istirahat deh, beneran kurus banget lho."
"Aku baik-baik aja kok, lagian waktu luangku udah banyak," ujar Dhanu sebelum meneguk segelas air yang ada di atas meja.
"Iya, saking banyaknya semua waktu kamu dipake buat jadwal siaran terus." Tahu-tahu Jani menyahut sambil menarik kursi untuk duduk di samping Dhanu.
Sebenarnya sejak kemunculan Jani, Dhanu sudah merasa gugup. Tapi ia tetap berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. "Kak Jani jangan ikut-ikutan deh," keluh Dhanu sebentar.
"Kakak serius," ucap Jani. "Kamu udah lama lho nggak di rumah, libur dulu kek siarannya. Udah jadi mahasiswa akhir, tapi aktivitas masih kayak mahasiswa baru. Ingat ya, kamu bahkan udah nggak ada kegiatan organisasi lagi kayak semester-semester sebelumnya."
Kalau Jani sudah cerewet begini pasti Andra cuma ikut menyahuti ucapan Jani. "Nah, dengerin tuh Jani."
Meski begitu, Dhanu cuma mendengus sambil memutar bola matanya malas. "Ya, aku ingat nanti."
Sebenarnya ia tidak mau panjang-panjang berurusan dengan Jani dan Andra untuk sesuatu hal yang menurut Dhanu remeh, karena pikiran Dhanu sedang beralih ke urusan lain.
***
Meski Dhanu heran setengah mati dan penasaran sekali dengan alasannya—tentang pertemuan kebetulannya dengan Rara dan seperti terencana—namun tak bisa dipungkiri juga, bahwa Dhanu juga penasaran tentang potongan diskusi menggantungnya dengan Rara waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...