Lautan dalam yang semula begitu tenang menghanyutkan tak selamanya bertahan, akan ada masa di mana laut bergejolak dan berdebur.
.
Mungkin sejatinya dulu Dhanurendra Akasha pernah berandai.
"Kalau gue putus dari Rena, apa yang bakal terjadi?"
Akan tetapi, waktu telah berubah begitu jauh sekali dan Dhanu sudah tidak ada di posisi itu. Ia telah menghadapi pengandaiannya menjadi nyata, dan kenyataannya ia masih baik-baik saja secara jasmani. Ia tetap tidur lelap, makan dengan baik, beraktivitas seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa. Meski kenyataan di samping itu, ia seringkali kepikiran setengah mati tentang apa yang membuat Renata Marthadina berpaling darinya dan pergi dengan lelaki lain.
Kabar baiknya, sekarang Dhanu sudah jarang memikirkan gadis kenangannya.
Sekarang menjadi lain cerita.
"Kak."
"Ya?"
"Andai waktu itu kita nggak putus, apa sekarang kita masih jalan bareng dan Kak Dhanu masih dengerin cerita-cerita aku?"
Pertanyaan itu tahu-tahu tercetus dari bibir cantik Rena, dengan mata sayunya yang semula mengarah ke meja yang tersedia dua gelas es krim, lalu beralih menatap Dhanu lekat. Pertanyaan acak itu secara otomatis memecahkan keheningan untuk pertama kalinya, sejak mereka duduk saling berhadapan dalam diam.
Lagi. Entah sebenarnya apa yang lelaki itu pikirkan kala mendapati ponselnya berdering dan menampilkan nama kontak Rena di tengah kesibukan dengan Tugas Akhirnya. Padahal Dhanu sudah berjanji untuk menghindar, namun ajakan gadis itu untuk bertemu tak kuasa menahannya. Tanpa ragu, ia langsung berangkat menuju restoran cepat saji tempat biasa mereka berkencan, dulu.
Dhanu tak menjawab pertanyaan Rena dan memilih memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Aku minta maaf, Kak, karena aku nggak dengerin Kakak waktu Kakak minta aku buat berhenti kirimin bekal."
"Rena."
"Ya?"
"Bukannya dari dulu kamu nggak pernah dengerin aku?"
Sekarang giliran Rena yang tak menjawab, mungkin ia kehabisan kata.
Melihatnya Dhanu hanya bisa mengembuskan napas panjang, lalu bertanya lagi. "Gimana hubungan kamu sama Haris?"
Rena masih diam, kemudian berkata pelan, "Kayaknya... nggak baik."
"Kenapa?"
Rena menundukkan kepalanya. "Makin lama, makin banyak keraguan. Aku ngerasa Haris mulai berubah dan aku makin ragu. Entah cuma perasaan aku aja, tapi kayaknya Haris dekat sama Nararya."
Seketika atensi Dhanu terfokus sepenuhnya pada Rena ketika menyebut nama Rara. Pun sorot matanya mendadak menajam. "Kamu yakin sama pemikiran kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...