[55] Baris Akhir

7K 1.2K 343
                                    

Sebelum berpindah menuju lembar baru, ada baiknya meninggalkan sepatah kata yang baik untuk memberikan kesan yang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum berpindah menuju lembar baru, ada baiknya meninggalkan sepatah kata yang baik untuk memberikan kesan yang baik.

.

"Kayaknya saya punya utang deh."

Saat itu kedai bakso langganan Dhanu dan Rara di depan kampus kebetulan sedang lengang, jadi mereka bisa mendengar suara sendiri lebih keras dari biasanya. Tak ada suara bising yang amat mengganggu, paling hanya suara alunan musik dengan pengeras suara yang mulai rusak karena ada suara 'kresek-kresek' di sudut ruangan.

Dhanu yang baru mengunyah bakso seketika mendongak, mengamati Rara yang tampak menatap ke arah lain sembari sibuk mengunyah dengan posisi pipi yang bertumpu pada sikut di atas meja. Kemudian gadis itu menatap lelaki itu lekat bersamaan dengan pertanyaan di luar dugaan.

"Waktu Mas sama Rena masih ada masalah, kamu ngatasinnya gimana?"

Detik itu juga Dhanu terbatuk tepat ia selesai menelan kunyahan terakhir baksonya, membuat Rara seketika membelalak panik. Cepat-cepat ia memberikan lelaki itu segelas es jeruk di dekatnya diikuti perasaan penuh bersalah.

"Aduh, maaf ya, saya nanyanya aneh ya, harusnya saya nanya pas kamu kelar ngunyah aja," imbuh Rara cemas.

Butuh waktu membuat Dhanu pulih sepenuhnya, menyesap es jeruknya cukup banyak sampai bersisa separuhnya. Rasanya mendadak ia seperti dikejutkan oleh preman. "Mendadak banget nanyanya, bikin kaget tahu," gerutunya.

"Kamu juga suka gitu, bikin saya kaget sampai keselak," sungut Rara mulai tak mau kalah. "Udah bisa jawab pertanyaan saya belum?"

"Bentar dulu, masih mikir."

Rara memandang Dhanu sejenak, lalu cepat-cepat melirik ke arah lain ketika manik mata mereka bertemu untuk sesaat.

"Lagian, kenapa mendadak nanya tentang ini?" tanya laki-laki itu.

"Nggak tahu," ujar Rara beberapa detik setelahnya. Gadis itu memilih memandang jemarinya barang sesaat. "Mendadak kepikiran mau damai sama masa lalu."

Dhanu memandang Rara ingin tahu. "Masih kepikiran Haris?"

"Ketimbang mikirin cowok itu, sebenarnya saya lebih kepikiran sama pemintaan maaf dia. Apa mungkin emang dia niat minta maaf meski caranya salah di mata saya?" papar Rara sambil menghela napas panjang. "Sebenarnya ini nggak penting-penting amat, tapi saya kepikiran aja. Biar gimanapun waktu itu saya luapin semua perasaan saya tanpa jawab permintaan maaf dia."

Dhanu mengangguk paham. "Emosi emang bisa bikin buta sama semua hal."

Gadis itu terdiam, kini memilih terfokus lagi pada baksonya. "Padahal saya yang punya beban, tapi saya yang ujungnya ngerasa bersalah. Nyebelin banget."

Mendengarnya begitu membuat Dhanu langsung menimpali. "Kurang lebih kayak gitu juga perasaan saya waktu ngehadapin masalah Rena."

Manik mata gadis itu otomatis membesar setuju. "Ya 'kan? Kenapa kita harus ngalamin kayak gini?"

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang