Meski waktu baik akan selalu datang, tapi kalau sudah melihat harapan di ujung senja, tolong segera kejar karena kita tak pernah tahu apakah kita akan melihatnya lagi di ujung senja berikutnya.
.
"Yang mana orangnya?"
"Lo jauh-jauh ke Bogor cuma nanyain ini?!"
Rara ternganga kala mendapati kedatangan Olivia yang tiba-tiba setelah sobat karibnya menelepon untuk menanyakan keberadaan Rara saat ini. Awalnya sih Rara menganggap angin lalu, sampai di satu waktu ada suara klakson mobil di depan rumah dan tahu-tahu muncul sosok Olivia. Ibunya Rara sih menyambut gadis itu dengan hangat, bahkan Naresh masih sempat-sempatnya mengobrol padahal ia harus kembali ke kantornya setelah mengambil berkas yang tertinggal di kamar.
Hari ini Rara sedang tak ingin ke kampus lantaran mau fokus dengan persiapan menuju sidang terakhirnya. Meski begitu, nyatanya suasana lantai atas amat berantakan dengan berbagai jenis makanan dan camilan yang berserakan, lantaran ia juga harus menyiapkan hadiah untuk teman-temannya yang akan menjalani sidang terakhir di keesokan harinya. Bahkan Rara harus menyingkirkan makanan dan peralatan bungkusan, untunglah Olivia tidak banyak protes dan malah sibuk sendiri dengan bawaan penuh makanan.
"Ngapain repot-repot sih?!" omel Rara waktu itu.
Sekarang Rara lebih mengomel lagi ketika Olivia menunjukkan beberapa foto yang ada di ponselnya sambil menerka-nerka.
"Katanya lo suka sama cowok orang? Yang mana cowoknya, sini gue lihat dulu!" pinta Olivia sambil memegang ponselnya.
"Terus kalau udah tahu, lo mau nyuruh gue ngapain?!" sengit Rara tak habis pikir.
"Kalau cowoknya cakep," Olivia menjeda sejenak. "Pepet ajalah bor!"
Tanpa aba-aba, Rara langsung melemparkan bantal sofa ke arah wajah Olivia, kendati begitu gadis itu hanya bisa terkikik setan sampai kehausan. Berakhir dengan tangan Olivia yang meronta minta diambilkan air.
"Tapi, Ra," imbuh Olivia setelah meneguk segelas air sirup segar rasa jeruk. "Serius gue penasaran yang mana orangnya, sia-sia banget dong gue kalau udah sampai sini tetap nggak tahu yang mana cowoknya."
"Penasaran banget dah lu," sahut Rara sambil melahap segenggam keripik kentang ke dalam mulutnya.
"Salah sendiri lo laporan ke gue kalau suka sama cowok orang, 'kan gue jadi gercep ke sini."
"Benar-benar lo ya!"
Iya, sepertinya ini salah Rara karena sembarangan berkata pada Olivia kalau ia menyukai cowok orang. Karena melalui pesan daring dan respon Olivia amat cepat, telanjur sulit Rara untuk menghindar bahkan niat menghapus pesan itu saja rasanya jadi terasa sia-sia. Jadi, ya sudahlah.
Olivia juga memilih pura-pura tuli lalu bergeser ke arah Rara sambil terus menyenggol lengannya. "Lo nggak ada fotonya apa, Ra? Kasih lihat gue dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...