[46] Laju dan Ragu

6.1K 1.1K 255
                                    

Mungkin ini saatnya berlari mengejar keraguan sebelum semakin jauh memenuhi diri kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin ini saatnya berlari mengejar keraguan sebelum semakin jauh memenuhi diri kita.

.

Entah mengapa rasanya saat ini Dhanu lebih tegang ketimbang menghadapi sidang skripsinya kemarin.

Sebenarnya sih Dhanu sudah memikirkannya sejak semalam mengenai apa yang akan ia lakukan hari ini. Omong-omong hari ini memasuki tanggal merah, orang-orang akan menikmati waktu cutinya dan Dhanu jelas tidak ada jadwal siaran mengingat kampus libur. Namun, karena alasan ini juga membuat Dhanu harus berusaha keras menjawab pertanyaan-pertanyaan mengherankan dari keluarganya.

"Mau ke mana, Dhan? Rapi banget." Itu komentar Bunda waktu mendapati Dhanu memakai kemeja kotak-kotak yang dikancing tanggung sehingga terlihat kaus putih polosnya.

"Daren kok tumben wangi amat. Mau ketemu pacar?" Jani menyeletuk takjub saat berpapasan dengan adiknya.

"Tumben amat izin minjam mobil ke gue. Biasanya juga lo langsung kabur bawa mobil lama gue." Andra sampai melongo heran saat Dhanu meminta izin untuk membawa mobil lama Andra.

Iya, selama ini Dhanu cuma pinjam mobil lama Andra. Maklum, Dhanu belum punya penghasilan sendiri sampai punya mobil. Salah Andra juga sih iseng beli mobil lagi sehingga mobil lamanya dilupakan. Lagipula ayahnya juga yang menyuruh Dhanu untuk pakai mobil Andra agar tidak percuma.

Omong-omong, jangan tanya kenapa ayahnya tidak berkomentar tentang Dhanu hari ini, karena beliau sudah tahu dan hanya memilih menggoda anak tengahnya.

Pun ketika mobil yang ia kendarai telah sampai tujuan dan melihat kawasan yang amat ia kenali, sepertinya keputusan yang sudah ia pikiran matang-matang akan melewati banyak hal yang tak terduga. Ia memilih memarkirkan mobilnya di halaman rumah keluarga tantenya dan menyempatkan menyapa mereka sebelum meluncur ke tempat tujuan.

"Assalamualaikum."

Bagus.

Begitu Dhanu berdiri di depan pintu pagar bercat hitam sambil mengucapkan salam, ia baru tahu kalau di sana ada seorang wanita paruh baya dengan kerudungnya dan seorang pria yang jika ditafsir sudah berusia setengah abad kompak menoleh ke arahnya diikuti jawaban salamnya.

"Waalaikumsalam. Wah, ada tamu. Siapa ya?"

Dhanu refleks mengulas senyum ketika wanita itu membuka pintu gerbang untuknya dan mempersilakan masuk. Tak lupa juga ia mencium tangan wanita yang Dhanu terka adalah Ibu pemilik rumah.

"Keponakannya Bu Salma, ya? Sepupunya Haikal?" terka Ibu itu.

Dhanu mengangguk. "Iya, Bu. Saya juga temannya Nararya."

Seketika manik mata wanita—yang ternyata adalah ibunya Rara berbinar antusias, lalu dengan cepat menyuruh Dhanu masuk ke dalam teras rumah.

"Oh, teman kampusnya Nara?" Kali ini pria yang merupakan ayahnya Rara ikut bersuara.

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang