[30] Pikul Beban

7.2K 1.2K 160
                                    

Kadang berbagi beban bukan untuk saling dibandingkan, hanya butuh untuk saling dipahami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang berbagi beban bukan untuk saling dibandingkan, hanya butuh untuk saling dipahami.

.

"Aku minta maaf, Kak."

"Buat?"

"Semuanya. Baik yang Kak Jani tahu maupun nggak dan aku siap kasih tahu semuanya."

Dalam kesunyian malam, Jani dan Dhanu berdiri saling berhadapan di area balkon kamar Jani. Air muka Jani tampak agak mengeras, yang kemudian membuatnya segera berpaling dari Dhanu. Pun Dhanu hanya mengutarakan isi pikirannya dengan pandangan mengarah ke area perkarangan yang berada di bawahnya. Ia jelas tak berani memandang kakak perempuan kesayangannya, tak berani mengungkapkan kebenaran hatinya sambil terus menatap manik matanya.

"Kak, tolong jangan benci aku."

Lagi, Dhanu berucap parau yang sukses membuat Jani makin berusaha berpaling dari Dhanu.

Mungkin bagi Jani, ini menjadi mimpi buruknya, membuat ingatannya segara kilas balik, mengingat segala hal yang ia lakukan apakah ada sebuah kesalahan hingga terjadi keadaan yang tidak ia inginkan.

Tangannya kembali merogoh sakunya dan mendapati beberapa foto polaroid dirinya yang sedang tertawa lepas. Beberapa foto yang awalnya Jani kira tak ada yang aneh saat menemukannya di meja belajar Dhanu, sampai ia tak sengaja membaca sesuatu di balik foto-foto tersebut.

Anjani Laras.

Please always be happy.

Even I can't be happy, when you'll find your partner happiness.

I cherish u.

Jakarta, 20xx.

Jani perlahan berbalik seraya menyerahkan foto-foto tersebut ke hadapan Dhanu. "Jadi..., ini benar?"

Dhanu terdiam, lalu menatap manik mata Jani sebentar sebelum berpaling ke arah lain. "Ya."

"Dari kapan? Dari foto ini diambil?"

"Lebih lama dari itu."

Seketika tangis Jani pecah, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. "Bahkan pas kamu masih sama Rena?"

Dhanu mengangguk pelan. "Ya," ujarnya pelan penuh merasa berdosa. "Tapi waktu itu aku emang sayang Rena, sampai bisa lupain perasaan aku ke Kak Jani."

"Terus..., sekarang?" tanya Jani dengan nada agak menggantung sambil kembali berbalik. "Kamu masih belum bisa lupain Rena 'kan? Dan perasaan kamu ke Kakak udah hilang 'kan?"

"Nggak segampang itu, Kak," ujar Dhanu parau. "Bahkan perasaan suka aku ke Kakak malah makin susah dikendaliin, aku harus ngelakuin segala cara biar aku jauh dari Kakak tapi sesusah itu. Sekarang rasanya kayak aku udah nggak peduli lagi sama Rena meski seandainya Rena mau balik lagi sama aku.

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang