[43] Atensi Rembulan

5.9K 1.1K 282
                                    

Mungkin pada dasarnya kita jarang mengamati suasana malam kalau tidak ada bintang-bintang, tetapi pada akhirnya kita akan menyadari bahwa di langit malam juga ada rembulan yang sama cantiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin pada dasarnya kita jarang mengamati suasana malam kalau tidak ada bintang-bintang, tetapi pada akhirnya kita akan menyadari bahwa di langit malam juga ada rembulan yang sama cantiknya.

.

"Kata-kata lo itu cuma pengandaian, 'kan?"

"Ya, sejauh ini."

Kemudian Tiyan waktu itu langsung bernapas lega saat mendengar jawaban Dhanu, sedangkan Khalif cuma menggelengkan kepala prihatin. Membuat laki-laki itu otomatis mengernyitkan keningnya heran melihat reaksi mereka.

"Kenapa?" tanya Dhanu.

"Ketimbang lo sibuk ngeraguin perasaan sendiri, mendingan lo cepat-cepat ambil keputusan deh," ungkap Khalif sambil melipat tangannya. "Jangan mentang-mentang lo dekat sama Nararya, terus lo bertingkah kayak gini."

Jawaban Khalif malah makin membuat Dhanu penasaran bercampur tak sabar juga. "Kenapa sih?"

"Sayang sekali, Dhanurendra Akasha. Kalau lo nggak yakin sama perasaan lo, mending mundur teratur aja deh," nasihat Tiyan dengan nada prihatin. "Cari inceran lain sana."

"Lah?"

"Lo pikir cewek kayak Nararya itu nggak ada yang suka?"

Skak mat.

Rasanya Dhanu seperti ditusuk langsung oleh pertanyaan Khalif saat ini.

Yah, meski menurut Dhanu, saat ini Rara kelihatannya sedang status sendiri, namun siapa yang tahu bagaimana kedekatan cewek itu dengan cowok lain? Walau Dhanu juga mengira kalau Rara memang sedang tidak dekat dengan siapapun, lalu bagaimana dengan orang-orang sekitarnya? Kalau Wildan sih, cowok itu sudah meluruskannya secara gamblang kalau ia dan Rara cuma teman, tapi bagaimana dengan orang lain?

"Mending lo buruan instal Tinder dah daripada lo mikirin itu," timpal Tiyan.

"Apa gue segitu meragukannya buat dapatin cewek?" tanya Dhanu yang mulai berang dengan solusi-solusi remeh teman-temannya.

"Habisnya lo kelihatan nggak niat," cetus Khalif. "Kalau lo emang yakin, ya maju lah. Ribet amat."

"Iya, kalau lo yakin, gas ajalah. Tapi, lo nggak sendirian," sahut Tiyan.

"Maksudnya?"

Dhanu tidak suka kalau pembicaraan ini jadi bertele-tele begini. Bahkan ia sesekali mengembuskan napas tak sabar dengan tingkah dua sobatnya ini.

"Kalau lo suka Nararya, berarti yang suka Nararya nggak cuma lo," jelas Khalif langsung.

"Iya, dan orangnya baru curhat kemarin," sambung Tiyan.

"Siapa?"

"Bang Tama."

Seketika Dhanu kehabisan kata setelah mendengar jawabannya yang cukup mengejutkan. "Hah? Bang Tama?"

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang