Ke manapun kaki melangkah dan sejauh apapun pergi, pada akhirnya akan selalu tertuju ke tempat pelabuhan segala rasa yang tak bisa didefinisikan.
.
"Kamu tahu rumah?"
"Rumah saya yang di Bogor?"
Terdengar desahan napas panjang dari Dhanu sambil melengos, tepat setelah mendengar sahutan asal Rara yang sedang fokus dengan pemandangan bawah laut lewat terowongan bawah air. Masa bodoh, Rara sedang dalam mode berusaha fokus pada pemikiran yang lain. Dia tidak akan mengatakan hal-hal lain yang mampu mengusik pikirannya sekarang.
Mungkin sebagai balas dendam juga, karena semalam Dhanu dengan kurang ajarnya beserta kata-katanya yang terngiang di telinga sukses mengobrak-abrik jam tidur juga perasaan Rara. Katakanlah ini hiperbola, namun Rara benar-benar tak bisa tidur nyenyak, bahkan ia bisa terbangun di pagi buta dan tak melanjutkan tidurnya lagi. Padahal cewek itu sudah menjadwalkan kalau hari ini adalah hari bermalas-malasan, tetapi yang ia lakukan justru kebalikannya, menjalani kewajiban sebagai anak lebih awal seperti membersihkan seluruh rumah tanpa mengeluh sama sekali.
Sampai di satu waktu pagi hari yang cerah,
"Sekarang Mbaknya rajin ya."
Rara yang saat itu sedang sibuk mengepel lantai di area beranda dengan rambut berantakan, segera menoleh ke sumber suara dan secara otomatis matanya membulat diikuti pekikan terkejut. "Kamu ngapain ke sini?!"
Dhanu tahu-tahu muncul di depan gerbang dengan wajah tanpa merasa bersalah. "Ngajak main monopoli."
"Nggak ada, nggak ada, nggak ada! Nararya lagi sibuk!" tolak Rara cepat seraya mengibaskan tangannya. "Lagian ngapain ngajak main monopoli, tinggal main online juga bisa! Kenapa repot-repot ke sini?!"
"Sekalian mau minta balikin celana olahraganya Kak Jani," timpal Dhanu kemudian.
Begitu mendengar ucapan yang kedua seketika Rara tak bisa berkutik lagi. Ditambah seruan ibunya untuk menyambut tamu dengan benar, membuat gadis itu akhirnya tak ada pilihan lain selain membuka pintu gerbang dan menyuruh Dhanu yang berpenampilan rapi masuk ke dalam.
Pun selama Ibunya Rara yang mengajak ngobrol Dhanu, Rara memilih menenggelamkan eksistensinya dengan melanjutkan aktivitas bersih-bersih rumah sampai ibunya mencarinya.
"Udah mandi?" tanya sang ibu.
Rara yang kebetulan baru selesai mencuci piring segera menoleh. "Udah."
"Sana ganti baju," suruh ibunya.
Dahi Rara langsung berkerut. "Ngapain?"
"Itu Masnya bilang katanya kamu udah janjian. Kenapa kamu malah belum siap-siap? Masnya udah nyamperin tuh!" Ibunya mulai mengomel lagi. "Nggak enak ah, udah ditungguin juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...