[24] Pintu

7K 1.2K 126
                                    

 Ada dua pilihan ketika pintu telah terkunci dari dalam; mendobraknya sekuat tenaga agar bisa masuk, atau membiarkannya terkunci dan pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dua pilihan ketika pintu telah terkunci dari dalam; mendobraknya sekuat tenaga agar bisa masuk, atau membiarkannya terkunci dan pergi.

.

"Rena sekarang jadi bahan gosip grup WhatsApp kampus."

"Rena yang mana?"

"Rena mana lagi? Renata Marthadina, mantan lo. Katanya dia ngerebut pacar orang."

Sekarang Dhanu mendadak kepikiran sendiri dengan ucapan Tiyan, temannya kala tempo lalu mereka bertemu dan bercengkrama barang sebentar. Tentang Rena, si tersayang yang dulu dengan sopannya meminta izin untuk pergi bebas dan meninggalkan luka di hati Dhanu. Sejatinya sudah lama Dhanu tak pernah membahas perkara hal itu ataupun menyinggung barang sedikit dalam ruang hatinya, karena baginya melihat Rena bahagia sudah cukup meski luka itu tak pernah mengering betul.

Namun, kalau melihat situasi sekarang rasanya Dhanu jadi bertanya-tanya. Rena memang sudah bahagia 'kan saat ini?

Serius, Dhanu sudah tidak ingin tahu apapun tentang Rena. Bagian hidup bersama Rena sudah ia tutup untuk menghadapi lembaran baru yang lebih baik, meski belum sepenuhnya lupa dan rela. Bahkan ia rela mengecilkan kemungkinan-kemungkinan jika ia bertemu lagi dengan Rena secara tidak sengaja, demi menyembuhkan sisa lukanya yang masih basah.

Ah, tapi Dhanu akan runtuh juga kalau Rena yang meminta untuk memunculkan eksistensinya.

"Kak Dhanu."

"Ya?"

"Hari ini sibuk nggak?"

"Ada apa?"

"Ayo makan bareng."

Padahal hanya sebuah ajakan remeh melalui telepon, tapi Dhanu seperti disihir untuk segera melangkahkan kakinya cepat demi bertemu dengan si kenangan tersayang.

"Kak!"

Dhanu mengedarkan pandangannya ke segala arah kala ia sudah sampai di sebuah restoran cepat saji. Manik matanya mendapati Rena yang tersenyum sambil melambaikan tangannya. Yah, tadi begitu Dhanu mengiyakan ajakan Rena seketika gadis itu menjelaskan letak tempat janji mereka dan berakhir di sini.

"Udah pesan?" menjadi sapaan pertama Dhanu ketika ia sampai menghampiri meja Rena yang berada di dekat jendela dan duduk di hadapan gadis itu.

Rena mengangguk sambil memamerkan nampannya yang sudah penuh makanan. "Aku juga udah pesan buat Kakak."

Dhanu mengernyitkan keningnya sejenak lalu melirik ke arah nampan milik Rena. "Tapi itu cuma buat kamu, Ren."

"Aku nggak makan, Kak. Kakak aja yang makan."

Seketika manik mata Dhanu berhasil agak membesar heran. "Hah?"

Rena mengangguk pasti. "Iya, hari ini aku mau lihat Kak Dhanu makan. Belakangan aku merhatiin Kakak makin kurus, aku jadi agak kepikiran...."

Serendipity: Undercover FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang