Keberuntungan itu ada yang menyenangkan dan juga yang menyedihkan, tergantung bagaimana situasi yang dihadapinya.
.
Minggu lalu Rara sakit akibat terlalu stress sejak ia melakukan bimbingan lagi dengan dosennya mengenai ide judul skripsinya, dan dosennya berakhir memutuskan untuk melakukan acc. Seharusnya waktu itu dia senang, tapi karena ia terlalu lemas jadi cewek itu cuma bisa mengangguk sambil tersenyum disela batuk-batuknya. Beruntung Rara kepikiran langsung pulang dan tidak menemui siapa-siapa, jadi ia tidak perlu merasa cemas kalau-kalau ia ambruk tiba-tiba.
Oh, jangan lupakan perihal Johnny, Jeff, dan Wildan yang tidak tahu apa-apa tentang kondisi Rara karena cewek itu sengaja merahasiakannya. Jadi, hanya Sarah yang langsung berceramah panjang via telepon.
"Lo tuh kalau stress sama skripsi tuh bilang jangan dipendem sendiri. Nyantai aja sih, yang lagi berjuang skripsi 'kan nggak cuma lo. Bagi-bagi beban sini sama gue yang sama-sama stress. Lagian skripsi aja nggak mikirin lo, ngapa lo bawa pikiran sih. Istirahat aja deh lo, jangan nyentuh laptop dulu apalagi hape."
Hari ini kondisi Rara sudah membaik meski kadang ia suka pusing. Ia tak bisa selamanya di rumah atau ibunya bakal mencecarnya terus dengan pertanyaan yang membuatnya makin sakit kepala.
"Udah mendingan belum? Kamu ke kampus nggak, Ra? Skripsimu kapan lagi mulainya?"
Pertanyaan klise sebenarnya, tapi Rara terlalu dibuat pikiran makanya ia mulai stress lagi.
Baru saja Rara sampai di depan halte dan hendak duduk, seorang lelaki muncul dengan motor tepat di hadapannya. Membuat Rara sedikit mengernyit heran, seingatnya ia tidak pesan ojol kali ini.
"Rara?"
Mau tak mau kening Rara makin mengerut heran. "Siapa ya?"
Begitu kaca helmnya dibuka, barulah manik mata Rara membelalak. "Eh, Mas Khalif?"
Khalif terkekeh sebentar melihat reaksi Rara sebelum bersuara. "Saya pikir kamu lupa, kalau lupa mau saya ingetin kalau saya mas-mas yang pake jaket bisbol."
Rara tertawa mendengar gurauan lucu Khalif. "Nggaklah, nggak lupa, Mas! Hahahaha!"
"Mau ke mana?" tanya Khalif akhirnya.
"Mau ke kampus. Ini lagi nungguin bus ke arah kampus."
"Bareng saya aja, nih tumpangan kosong."
Sekarang Rara jadi merasa tak enak, ia jarang menumpang pada orang lain kecuali Johnny, Jeff dan Wildan. Jadi ia merasa sungkan atas ajakan Khalif saat ini. "Eh, nggak apa-apa nih?"
"Nggak apa-apa kok. Saya nggak mau bawa kamu kabur juga," ujar Khalif sambil terkekeh. "Ayo, Ra."
"Eh, tapi Mas―"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...