Kamu nggak akan pernah tahu gimana isi hati orang sebenarnya 'kan?
.
"Hape lo hilang, Ra? Kok bisa?"
Rara hanya menggeleng pelan saat Johnny bertanya dengan nada yang kelewat cemas. Jelas aja, hari ini saat bertemu Johnny, lelaki itu langsung mencercanya dengan berbagai pertanyaan. Kenapa nggak menghubungi Johnny atau Jeff kalau sudah sampai rumah, kenapa nggak balas chat-nya, kenapa ponselnya nggak aktif, dan pertanyaan kenapa lainnya.
Jadilah Johnny mengajak Rara ke ruangan stasiun radio yang berada dekat dengan gedung fakultas tempat jurusan Johnny dan Jeff, sekaligus tempat nongkrong biasa sepasang partner itu. Mereka duduk di ruang depan sambil memakan berbagai macam makanan yang mereka beli di luar sebelum ke mari.
"Gue nggak ingat hilang di mana," ujar Rara sambil memeluk bantal sofa. "Kayaknya di bus deh, gue udah nggak pegang lagi sejak di bus sampai rumah."
"Bang Naresh tahu?"
Wajah Rara langsung berubah muram mendengarnya. "Belum dan gue nggak berani bilang sama Mas Naresh."
"Nanti dia marah-marah lagi sama lo kalau lo nggak bilang. Dia 'kan kakak protektif dan lo adik kesayangan dia," balas Johnny. "Bilang aja sih."
"Kalau kesayangan, ngapain kerjaannya marahin gue mulu kalau nggak ngabarin sehari aja. Mana marahinnya setiap dia habis ngantor, badan dia bau asem belum mandi bikin gue menciut aja. Sebel."
Johnny terkekeh sebentar. "Dia sayang kok sama lo, tapi caranya aja belum benar."
"Nggak tahu ah, gue udah pusing dan nangis semalaman gara-gara hape gue hilang, Kak. Gue juga belum ada uang simpanan buat beli hape baru, dosen pembimbing gue pasti nyariin deh," gumam Rara.
"Lho, Bang John di sini? Gue cariin juga!"
Tahu-tahu Jeff datang sambil membuka pintu dengan keras, sukses buat Johnny dan Rara langsung berjengit kaget. Memang kurang ajar Jeff kalau ngagetin.
"Apaan sih?! Selow aja dong!" seru Johnny sebal.
"Partner gue masih sibuk sama diskusinya, pasti susah diajakin siaran nih," balas Jeff. "Tahu sendiri 'kan dia sering dapat jadi ketua diskusi, sekali-kali yang lain aja kek jadi ketuanya biar dia bisa gue pinjam tanpa merasa takut diomelin sama Dhanu," tutur Jeff mengeluarkan unek-uneknya.
Diem-diem batin juga dia, pikir Rara nggak nyangka. Yah, tapi itu 'kan manusiawi.
"Yaudah lo tarik dia lah, panggil kek suruh ke sini. Dhanu lagi di kelas 'kan? Udah kelar pasti."
"Jangan gue dong yang panggil dia, bisa dibikin malu sama omelan dia. Udah tahu galaknya terkenal banget," keluh Jeff. "Rara aja tuh."
Mendengar namanya disebut tanpa rasa bersalah, langsung saja Rara mendongak dengan matanya yang membulat sempurna. "Lho, kok gue?! Gue aja nggak kenal partner siaran lo!" teriaknya nggak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity: Undercover Fate
General Fiction[TAMAT - SUDAH TERBIT] Percaya kebetulan? Atau, lebih percaya semuanya sudah digariskan takdir? Tapi, kalau setiap pertemuan dan percakapan acak terjadi dalam sebuah kebetulan, bagaimana? Itu memang kebetulan atau takdir? "Tatapannya nusuk banget, k...