8-Ikhlasin aja

32 1 0
                                    

"Ster"

Rifki menepuk bahu Aster pelan, matanya menatap lurus bangku disamping Aster, meja itu sudah sedaritadi ditinggalkan oleh kedua pemiliknya, hanya ada tas ransel yang bertengger di setiap sandaran kursi nya.

Aster menoleh kearah Rifky dengan raut penuh tanya, berhenti membereskan alat tulisnya sesaat.

sebenarnya, bel pulang telah berbunyi sedari tadi, seluruh penghuni kelas pun sudah keluar, meninggalkan ruangan yang saat ini terasa lenggang. Hanya ada Aster, Rifky, Ikhlas dan Agung saja yang masih duduk manis di bangku nya, mereka terpaksa harus pulang agak telat. Tadi, mereka memang tak sempat mencatat materi di jam ke tiga karena harus membantu Ikhlas membereskan ruangan kelas yang acak-acakan.

"Itu tas si Daisy sama si Laila" Rifky menunjuk dua tas itu dengan dagunya.

Aster memalingkan wajahnya, menatap bangku di sebelahnya yang kini terlihat masih berantakan akibat kejadian saat jam istirahat pertama tadi. disana, tas hijau dan tas kuning masih menggantung pada sandaran kursi, ditinggal begitu saja oleh kedua pemiliknya.

"Lo mau nyuruh si Aster nganterin tas itu ke pemiliknya?" Tanya Agung yang tiba-tiba saja menyahut dari belakang sana,

Dengan serentak Rifky dan Aster menoleh ke arah Agung, menatap nya yang kini tengah bangkit dari posisi duduk nya, bergerak mendekati Rifky.

"Gak bakal mau dia." Lanjut Agung sambil merangkul bahu Rifky sok akrab.

Dengan cepat Rifky meronta geli, melepaskan tangan Agung sambil bergidik ngeri. Perlahan Rifky kembali menoleh ke arah Aster, menatap nya lekat.

"Ster. Beneran lo gak mau nganterin tas mereka?" Tanya Rifky memastikan "Oh, atau engga bawa punya si Daisy aja, kalian kan tetanggaan"

Aster terlihat mengangkat bahu nya acuh "Males" Jawab nya singkat.

Aster kini kembali melanjutkan kegiatannya, membereskan beberapa alat tulis yang masih berserakan di meja.

Rifky menghela nafasnya perlahan, bergerak memakai tas ransel nya, lalu bangkit dari duduk, memutari deretan bangku, dan berhenti dipinggir meja Daisy dan Laila

"Yaudah. Kalo gitu biar gu—"

"Bentar, bentar, tadi malem... lo mimpi masuk neraka ya? Dapet azab apa lo sampe mau nganterin tas mereka?" Tanya Agung dengan raut tak percaya.

Dengan heboh Agung mulai menyalakan kamera di ponsel nya, bermaksud mendokumentasi kan pergerakan Rifky kali ini, kapan lagi seorang Rifky Rivaldi anak bapak Ronaldo itu mau membantu orang lain. Sangat langka.

Kini Ikhlas pun terlihat bangkit dari duduk nya, menoleh ke arah Rifky dengan sorot takjub,

"Alhamdulillah. akhirnya temen gue punya pahala juga" seru Ikhlas jail, lengkap dengan ekspresi yang berlebihan.

"Enak aja lo pada!" Sergah Rifky cepat. "Gue mau jual ini tas" Seru Rifki sambil mengangkat tas ransel milik Daisy "pasti laku dong di Tanah Abang. tapi, sebelum gue jual, mau gue kasih formalin dulu biar awet. Kan lumayan tuh untung nya bisa gue pake buat modal bikin cilok" Ucap Rifky mulai ngawur.

Tak ada balasan, tiga pasang mata itu kini terlihat menatap Rifky dengan wajah datar mereka.

Detik berikut nya, Aster mulai bergerak dari posisinya, beranjak pergi keluar kelas yang disusuli Ikhlas dan Agung di belakang nya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka, bahkan melirik pada Rifky pun tidak. Mereka seolah malu telah berteman dengan sosok spesies langka seperti Rifky.

"Woy!" Seru Rifky heboh, berharap ketiga teman nya itu menghentikan langkah mereka "Kok gue ditinggalin".

Menyadari ketiga temannya masih bersikap acuh, dengan cepat Rifky kembali menyimpan tas Daisy dan Laila ke tempat semula, lalu segera berlari menyusul mereka.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang