Sepulang dari rumah Daisy, Laila tak langsung menuju rumah nya, ia memutuskan untuk mampir sebentar ke salah satu minimarket terdekat untuk sekedar membeli beberapa makanan ringan sebagai camilan.
Sesampainya di minimarket, Laila langsung beranjak menuju blok jejeran beberapa snack dengan langkah panjang, ia harus bergerak cepat karena saat ini adzan maghrib sudah mulai berkumandang, ia tak mau pulang terlalu larut.
”....apa dong? alay gak sih kalo coklat?...”
Laila menghentikan langkahnya secara tiba-tiba sesaat sebelum ia berbelok menuju jajaran rak paling pojok, hal itu ia lakukan lantaran kedua telinganya tiba-tiba saja mendeteksi suara seorang wanita yang terdengar begitu familiar.
Dengan sekuat tenaga Laila berusaha menajamkan indra pendengarnya, berusaha memastikan suara yang masih terdengar samar-samar itu.
“...serius lo? si Agung beneran suka coklat?...”
Laila tertegun sesaat, setelah mendengar perkataan yang baru saja wanita itu lontarkan, ia menjadi semakin yakin dengan perkiraannya. Dengan hati-hati Laila kembali melangkahkan kakinya lalu dengan gerakan pelan mulai menyembulkan kepala dari balik rak, mengintip situasi dibalik sana.
Tak butuh waktu lama bagi Laila untuk menemukan sasarannya, hanya dengan hitungan detik kedua matanya itu langsung mendapati perawakan seorang wanita dengan setelan sederhana namun berharga selagit, rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai begitu saja, semakin cantik dengan tambahan bando putih polos yang harga nya mungkin lebih mahal daripada baju yang saat ini Laila kenakan.
Walaupun saat ini posisi wanita itu terlihat membelakangi Laila, tapi Laila sudah sangat yakin bahwa orang yang sedang ia perhatikan saat ini adalah orang yang ia kenal. ya, itu pasti Lisa, teman sekelas Laila yang pernah berseteru dengannya tempo hari.
Kedua mata Laila perlahan menyipit, bola matanya terlihat menyorot serius, dengan seksama mengamati setiap jengkal pergerakan yang Lisa lakukan. Bisa dibilang tingkah Laila kali ini mirip dengan seorang intel yang tengah membuntuti targetnya.
Laila semakin bergerak siaga saat Lisa terlihat menutup sambungan teleponnya dan mulai beranjak dari posisinya. Laila tebak, pastinya Lisa akan berjalan menuju kasir, membayar sebuah coklat berukuran sedang yang saat ini tengah ia genggam.
Tentu saja apa yang Laila duga benar adanya, saat ini Lisa tampak berdiri di depan kasir, dengan seksama memperhatikan sang penjaga kasir yang tengah menjalankan tugasnya.
Sebelum penjaga kasir itu menyebutkan jumlah nominal yang harus Lisa bayar, Lisa tampak mengucapkan sesuatu yang tentunya membuat Laila semakin menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. tentu dalam posisinya saat ini, Laila tak bisa menangkap apa yang baru saja Lisa ucapkan, dan ia semakin dibuat penasaran kala penjaga kasir itu tampak menunjukkan senyum jailnya pada Lisa.
Namun, tak butuh waktu lama bagi Laila untuk menangkap maksud dari apa yang baru saja Lisa ucapkan. Terlihat penjaga kasir itu membubuhkan sebuah pita berwarna merah muda di tengah coklat yang tadi Lisa pilih, menambah sentuhan romantis, seolah coklat itu memang hendak diberikan kepada orang yang special.
Tunggu, untuk beberapa detik Laila tampak tertegun, ntah kenapa potongan percakapan Lisa saat menelepon tadi kembali terlintas di benak nya.
“...serius lo? si Agung beneran suka coklat?...”
Tunggu, Tunggu, Agung? apa Lisa bakalan ngirim coklat itu ke orang yang namanya Agung? apa Agung yang Lisa maksud adalah Agung Akasya Paradiva yang merupakan teman sekelas mereka sekaligus teman masa kecil Laila dan Daisy?
Beberapa pertanyaan secara tak terduga terus menghujam kepala Laila tanpa henti, jika kemungkinan yang Laila fikirkan itu benar adanya, tentu saja hal itu akan menjadi sebuah fakta yang sangat mengejutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...