Laila keluar dari ruang UKS dengan ekspresi yang tak karuan, ia benar-benar khawatir dengan kondisi Daisy sekarang, sedari tadi Daisy tak juga sadarkan diri, terlebih lagi Dokter jaga yang biasanya ada di UKS saat ini sedang tidak ada, menghilang entah kemana.
Laila menutup pintu UKS rapat-rapat, meninggalkan Daisy terbaring di dalam sendirian, saat ini ia ingin berbicara dengan orang-orang yang bersama Daisy saat di kantin tadi.
"dokternya kemana sih" keluh Laila kesal, ia bahkan tak mempedulikan keberadaan Dito yang berstatus sebagai kakak kelasnya, Laila benar-benar meluapkan emosinya sekarang.
"lagi dicari sama si Ikhlas La, lo jangan marah-marah gitu dong" protes Agung dengan suara pelan.
"gimana gak marah-marah, lo tau gak kondisi si Daisy sekarang gimana? dia belum sadar Gung" kesal Laila, ia semakin bertambah kesal sekarang. "tadi siapa aja yang ada di kantin?"
Aster dan Dito tak menjawab, keduanya masih fokus dengan pikiran masing-masing, Dito yang merasa bersalah dan terkejut dengan kondisi Daisy, sedangkan Aster kini berusaha menahan amarahnya terhadap Dito, ia amat sangat khawatir dengan kondisi Daisy, dan menurut Aster, saat ini Dito lah orang yang paling layak disalahkan.
Agung melirik Aster dan Dito secara bergantian, kesal karena dua mahkluk itu tak juga angkat bicara, jika seperti ini mau tak mau Agung lah yang harus menjawab pertanyaan Laila, walaupun Agung tau dia mungkin akan dihadapkan dengan amarah Laila. Serba salah sebenarnya, bicara atau pun tidak Agung pasti tetap akan kena semprot Laila.
"kata si Rifky, tadi dia ada di kantin, sama Aster dan kak Dito juga" jawab Agung hati-hati.
Laila melirik Aster dan Dito sekilas, detik berikutnya ia kembali menoleh ke arah Agung dengan mata elangnya,
"mana si Rifky?" tanya Laila sangar.
"lagi ke kantin, katanya cilok dia ketinggalan tadi" jawab Agung apa adanya.
Laila menghela nafasnya gusar, ia tak cukup berani untuk bertanya kepada Aster, apalagi Dito.
"ini Dokternya kemana sih?" gerutu Laila.
"bawa ke rumah sakit aja, gimana?" Aster tiba-tiba angkat suara, menyuarakan kekhawatirannya.
Laila tertegun sesaat, "bener banget, kita bawa ke rumah sakit aja ya"
Laila kembali menoleh ke arah Agung, dibanding Aster dan Dito, Laila lebih nyaman merepotkan Agung,
"Gung, lo yang bawa si Daisy ya" pinta Laila.
Agung menoleh cepat, "motor gue di bengkel La, rusak bekas di pake si Rifky, tadi aja gue jalan pas berangkat, kan lo liat sendiri"
"gue aja"
"gue aja"
ucapan itu terdengar dari mulut Aster dan Dito secara bersamaan, membuat Laila dan Agung saling lirik dengan wajah bingung.
Laila berdehem pelan, bingung harus memutuskan siapa yang akan membawa Daisy, ia tak begitu dekat dengan Aster, apalagi Dito, akan sangat tidak enak jika dirinya menolak tawaran salah satu dari mereka.
"kalo gitu..." Laila menggantungkan kalimatnya, menatap Aster dan Dito secara bergantian "biar si Agung yang nentuin"
Agung membulatkan matanya, jika bisa, saat ini rasanya Agung ingin lari saja, bisa-bisanya Laila berkata seperti itu.
Agung ikut berdehem, bersiap memberikan saran, berharap bahwa saran yang akan ia utarakan adalah pilihan yang terbaik.
"jadi gini" mulai Agung pelan, dia benar-benar bingung untuk menentukan, namun akhirnya dengan sekuat tenaga Agung meyakinkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Novela JuvenilHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...